Tuesday, February 15, 2011

KITA PERLU SERIBU WANITA SEPERTINYA


Kisah nyata ini dialami oleh Syaikh Ahmad Ash-Shuyan. Pada edisi Al-Bayan 138, ia mengatakan, "Saya pernah mengikuti wisata dakwah ke Bangladesh bersama tim dokter. Tim ini mendirikan kemah untuk mengadakan pengobatan sakit mata. Suatu hari seorang lelaki tua bersama istrinya menemui dokter dengan ragu-ragu dan bingung. Ketika dokter yang bertugas mengobati itu mendekat, tiba-tiba si istri menangis dan menggigil ketakutan. Dokter itu mengira bahwa wanita tersebut kesakitan akibat penyakit yang dideritanya. Lalu ia bertanya kepada suaminya mengenai hal itu. Sambil menahan air mata si suami menjawab, "Dia menangis bukan karena sakit. Dia menangis karena dia akan terpaksa membuka wajahnya kepada laki-laki lain."

Tadi malam dia tidak bisa tidur karena gelisah dan bingung. Dia berkali-kali menegur saya. "Apakah kamu rela bila aku membuka wajahku?" tanyanya.
Dia baru mau datang untuk berobat setelah saya bersumpah untuknya dengan sumpah yang berat, bahwa Allah memperbolehkan hal itu dalam kondisi darurat. Karena Allah $g berfirman, "Tapi barangsiapa yang terpaksa, tidak menginginkannya dan tidak nielampaiti batas, maka tidak ada dosn baginya." (QS. Al-Baqarah:173).

Saat dokter mendekatinya, ia menjauh dan bertanya, "Anda muslim?" "Ya," jawabnya. Lalu ia berkata, "Jika anda muslim, maka saya minta kepada anda dengan nama Allah untuk tidak membuka penutup saya. Kecuali jika anda merasa yakin bahwa Allah memperbolehkan hal itu bagi anda!"
Operas! terhadap wanita itu berjalan dengan sukses, Selaput putih di matanya berhasil dihilangkan dan ia pun bisa melihat kembali berkat karunia Allah.
Suaminya mengatakan bahwa istrinya pernah berkata, "Andaikata tidak ada dua hal, niscaya aku lebih suka bersabar menerima keadaanku dan tidak ada laki-laki lain yang menyentuhku." Yakni membaca Al-Qur'an, dan melayanimu beserta anak-anakmu. Betapa besar keteguhan hati wanita ini terhadap kemuliaan dan kehormatan dirinya. Dan betapa indahnya bila wanita terlihat terpelihara dan bangga dengan penutup auratnya.
Betapa mulianya iman yang tampil secara nyata, jujur, jauh dari sikap yang dibuat-buat dan berlebihan, serta bersih dari unsur ni/n' (parner) dan noda-noda hawa nafsu.

Bandingkan dengan wanita-wanita yang merusak rasa malunya dan menyerahkan dirinya kepada para penyeru kenistaan dan jura kampanye modernisasi. Akibatnya, mereka selalu memperturutkan syahwatnya, lalu berlomba-lomba dalam merusak dan melepaskan norma-norma yang adiluhung. Bandingkan mereka dengan wanita yang teguh menjaga kehormatan dan kesuciannya dalam kisah ini!
Dan, betapa hati ini tersayat-sayat pilu dan sedih terhadap gadis-gadis remaja yang takluk kepada hawa nafsunya. Dengan penuh kelalaian dan kebodohan mereka menyerahkan diri kepada setiap orang yang bersuara.

sumber: Mausu'atul qashal mu'atsirah, Ahmad Salim Baduwailan, 2007.
Kisah nyata ini dialami oleh Syaikh Ahmad Ash-Shuyan. Pada edisi Al-Bayan 138, ia mengatakan, "Saya pernah mengikuti wisata dakwah ke Bangladesh bersama tim dokter. Tim ini mendirikan kemah untuk mengadakan pengobatan sakit mata. Suatu hari seorang lelaki tua bersama istrinya menemui dokter dengan ragu-ragu dan bingung. Ketika dokter yang bertugas mengobati itu mendekat, tiba-tiba si istri menangis dan menggigil ketakutan. Dokter itu mengira bahwa wanita tersebut kesakitan akibat penyakit yang dideritanya. Lalu ia bertanya kepada suaminya mengenai hal itu. Sambil menahan air mata si suami menjawab, "Dia menangis bukan karena sakit. Dia menangis karena dia akan terpaksa membuka wajahnya kepada laki-laki lain."

Tadi malam dia tidak bisa tidur karena gelisah dan bingung. Dia berkali-kali menegur saya. "Apakah kamu rela bila aku membuka wajahku?" tanyanya.
Dia baru mau datang untuk berobat setelah saya bersumpah untuknya dengan sumpah yang berat, bahwa Allah memperbolehkan hal itu dalam kondisi darurat. Karena Allah $g berfirman, "Tapi barangsiapa yang terpaksa, tidak menginginkannya dan tidak nielampaiti batas, maka tidak ada dosn baginya." (QS. Al-Baqarah:173).

Saat dokter mendekatinya, ia menjauh dan bertanya, "Anda muslim?" "Ya," jawabnya. Lalu ia berkata, "Jika anda muslim, maka saya minta kepada anda dengan nama Allah untuk tidak membuka penutup saya. Kecuali jika anda merasa yakin bahwa Allah memperbolehkan hal itu bagi anda!"
Operas! terhadap wanita itu berjalan dengan sukses, Selaput putih di matanya berhasil dihilangkan dan ia pun bisa melihat kembali berkat karunia Allah.
Suaminya mengatakan bahwa istrinya pernah berkata, "Andaikata tidak ada dua hal, niscaya aku lebih suka bersabar menerima keadaanku dan tidak ada laki-laki lain yang menyentuhku." Yakni membaca Al-Qur'an, dan melayanimu beserta anak-anakmu. Betapa besar keteguhan hati wanita ini terhadap kemuliaan dan kehormatan dirinya. Dan betapa indahnya bila wanita terlihat terpelihara dan bangga dengan penutup auratnya.
Betapa mulianya iman yang tampil secara nyata, jujur, jauh dari sikap yang dibuat-buat dan berlebihan, serta bersih dari unsur ni/n' (parner) dan noda-noda hawa nafsu.

Bandingkan dengan wanita-wanita yang merusak rasa malunya dan menyerahkan dirinya kepada para penyeru kenistaan dan jura kampanye modernisasi. Akibatnya, mereka selalu memperturutkan syahwatnya, lalu berlomba-lomba dalam merusak dan melepaskan norma-norma yang adiluhung. Bandingkan mereka dengan wanita yang teguh menjaga kehormatan dan kesuciannya dalam kisah ini!
Dan, betapa hati ini tersayat-sayat pilu dan sedih terhadap gadis-gadis remaja yang takluk kepada hawa nafsunya. Dengan penuh kelalaian dan kebodohan mereka menyerahkan diri kepada setiap orang yang bersuara.

sumber: Mausu'atul qashal mu'atsirah, Ahmad Salim Baduwailan, 2007.

No comments:

Post a Comment