Thursday, February 17, 2011

Lelaki Pendek, Hitam dan Lebih Jelek dari Untanya

"Ada  berjuta orang baik yang tidak kita kenal. Ada berjuta orang baik yang tak pernah dikenal dan memilih tidak dikenal. Mereka mencintai pilihan hidup yang juga dicintai Allah. Jika mereka tidak tampak mereka tidak dicari orang, dan pabila mereka tampak mereka juga tidak dikenali orang. Dan diantara mereka, mungkin saja adalah orang-orang yang jauh lebih baik, lebih terhormat, dan lebih luas ilmu dan pengetahuannya , lebih taat kepada Allah, hanya saja mereka memilih tidak dikenal.Karena menjadi baik tidak serta-merta harus dikenal"


Di Baqi’ yang hening, kampung kecil dipinggiran Madinah, Rasulullah seperti biasanya meyampaikan nasehat-nasehatnya. “Siapa yang pada hari ini mengeluarkan shadaqah, maka aku akan memberikan kesaksian baginya disisi Allah pada hari kiamat,” begitu Rasluulah mengabarkan berita gembira.

Tak lama, datang seorang penduduk,orang itu begitu hitam kulit mukanya, paling pendek diantara mereka. Bahkan lelaki ini dianggap paling hina diantara mereka. Lelaki itu datang membawa unta yang sangat bagus. Tak ada satupun unta yang lebih bagus dari untanya.

“Apakah  unta ini untuk shadaqah?” Tanya Rasulullah.
“Benar wahai Rasulullah,” jawab lelaki itu.
Tiba-tiba ada orang yang berkomentar mengejeknya. “Dia menshadaqahkan untanya? Padahal untanya lebih bagus dari dirinya?”

Mendengar perkataan itu, Rasulullah tidak senang dan berkata, “Kamu sangat keliru, itu tidak benar. Bahkan orang ini lebih baik dari dirimu dan dari untanya. Engkau keliru.”

Rasulullah bahkan mengulang perkataan itu tiga kali. Lalu menambahkan, “Beruntunglah orang yang zuhud, dan juga berusaha, beruntunglah orang yang zuhud, dan juga berusaha.”

Begitulah lelaki hitam da pendek penduduk Baqi’ itu, sebuah fragmen tentang orang baik yang dilecehkan. Ia bukan saja tidak terkenal, bahkan ia dianggap paling hina diantara semua warga kampung itu. Wajahnya hitam, tubuhnya pendek.untanya lebih ‘ganteng’ dari dirinya.

Pola pikir “Lelaki pendek, hitam, lebih jelek dari untanya”, seperti itu, sesungguhnya telah mewabah.Kita hidup ditengah masyarakat yang hanya melihat harga orang lain dari tampilan luarnya. Maka disini berlaku hukum ketenaran, keterkenalan, kemasyuran. Sesuatu yang sangat mudah direka-reka oleh media massa dan semakin mengokohkan bahwa menjadi terkanal saat ini tidak harus karena kebaikan. Media bisa membuat yang buruk tampil terkesan baik, alami. Sebaliknya, media bisa pula menampilkan orang-orang baik, dalam format yang kumal, lusuh dan tak punya gairah hidup. Semua itu telah memaksa alam bawah sadar  orang-orang bahwa orang-orang besar dan terkenal itu adalah mereka yang berulang-ulang muncul ditelevisi, tampil diatas panggung, menyeruak diatas pentas. Padahal, ada berjuta orang baik yang tak kita kenal. Ada berjuta orang baik yang tak pernah dikenal. Ada berjuta orang baik, yang seumur hidupnya, hingga akhir hayatnya, tak pernah sedikitpun muncul ditelevisi, koran, majalah dan media massa lainnya.
 
Memahami prinsip ini penting, agar kita tidak pernah sedetikpun merasa lebih baik dari orang lain, dalam hal apa saja. Agar kita tidak mengukur kebaikan dengan kacamata kita sendiri. Dan memunculkan kesadaran dalam diri kita untuk selalu berbenah, menata diri, dan meningkatkan kebaikan, serta memahami bahwa menjadi baik itu tidak serta merta harus terkenal, disorot oleh media.

Imam Syafi’i sendiri mengajarkan kepada kita bahwa menjadi baik, tidak harus terkenal, ketika beliau berkata, “Saya ingin sekali manusia mengetahui ilmu, dan tidak menisbahkannya sedikitpun pada saya selama-lamanya” Ia lantas memberi alasan, “Agar aku diberi pahala karenanya, dan meraka tidak memujiku.”

Dalam makna yang lebih mendalam, Rasulullah seperti yang disampaikan Anas bin Malik, bersabda, “Berapa banyak orang yang kusut dan berdebu, memakai selembar pakaian lusush, yang tidak mengundang perhatian, namun sekiranya ia bersumpah atas nama Allah, niscaya Allah mengabulkannya.” (HR. Tirmidzi).

Ada berjuta orang baik yang tidak kita kenal, sangat mungkin diantara mereka, adalah orang yang jauh lebih baik, lebih terhormat, lebih banyak kebajikannya, lebih luas ilmu dam pengetahuaannya. Mereka memilih tidak dikenal. Mereka mencintai pilihan hidup yang juga dicintai Allah, seperti sabda Rasulullah, “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang sembunyi-sembunyi, miskin, bertakwa dan berbuat kebaikan. Jika meraka tidak tampak meraka tidak dicari orang, apabila mereka tampak meraka juga tidak dikenali orang. Hati meraka adalah pelita petunjuk. Mereka keluar dari segala cobaan yang buta dan gelap”

Sumber: Tarbawi

No comments:

Post a Comment