Sunday, April 13, 2014

Kisah Inspirasi: Kekayaan Tidak Akan Bisa Membeli Kebahagiaan

kisah inspiratif, cerita inspiratif, TENTANG KEBAHAGIAAN

Pak Handoyo adalah seorang pengusaha paling kaya nomor 2 di kotanya. Pak Handoyo selalu mengajarkan pada keluarganya untuk menabung dan tidak boros. Meski mereka keluarga kaya, namun harus tetap bisa bijaksana dalam menggunakan uang dan harta yang mereka miliki.

Kendati begitu, Pak Handoyo tahu bahwa anak-anaknya terlalu sering bergaul dengan teman-teman dari latar belakang yang sama. Oleh karena itu, Pak Handoyo ingin memberi pandangan lain pada anaknya yang mulai remaja itu.

Suatu ketika, saat liburan sekolah tiba, ia mengajak anaknya untuk bepergian ke desa. Ia ingin menunjukkan padanya suasana pedesaan yang jauh berbeda dengan kota yang riuh dan modern. Sang anak pun melihat rumah-rumah penduduk yang sepertinya seukuran dengan garasi mobil ayahnya.

Pak Handoyo mengatakan, "Lihat, Nak. Rumah-rumah ini lebih kecil dari rumah kita. Apakah kamu bisa melihat seberapa kaya mereka?"

Sang anak melihat ke arah pemukiman yang terhampar di hadapannya. "Iya. Kita punya 1 anjing, mereka punya banyak sapi. Kita punya kolam renang, mereka punya sungai yang besar. Kita punya lampu antik di rumah, mereka setiap malam bisa melihat bulan dan bintang," jawabnya.

Kemudian sang ayah bertanya, "Lantas bagaimana?"

Sang anak kembali menjawab, "Saat kita sering beli bahan makanan, mereka menanam dan memanen sendiri. Aku punya mainan, mereka punya teman. Kita dilindungi pagar yang tinggi dan kokoh, mereka punya tetangga yang saling menyapa. Kita punya tetangga yang punya anak seumuran denganku, tapi aku hampir tak pernah bertemu dengan mereka."

Mendengar jawaban ini, sang ayah tersenyum. Sang anak kemudian menyimpulkan, "Terima kasih, Ayah. Kau telah mengajarkan aku bahwa mungkin kita kaya dan punya segalanya, tapi mungkin.. hidup bukan sekedar tentang semua itu."

Sang ayah mengangguk sambil tersenyum, "Bukan uang yang membuat kita bahagia. Tapi kesederhanaan kecil yang mereka miliki yang sebenarnya membuat seseorang bisa bahagia. Teman, keluarga, sosialisasi, keterbatasan, kerja keras, solidaritas, hal-hal seperti ini sebaiknya kau pelajari sejak muda."

"Ayah tak langsung lahir sebagai orang kaya. Ayah ingin kamu belajar bahwa kebahagiaan lebih penting dari semua yang nanti akan ayah wariskan padamu," ujarnya.

*****

Kemapanan memang bisa mencukupi kita. Seringkali kita berusaha keras untuk mencapai kemapanan dan kemakmuran. Namun, hidup tidak selalu mengenai kemapanan.

Sembari mencukupi materi, jangan lupa untuk selalu berbagi dan mengasihi. Hidup akan kosong bila kita hanya memikirkan target kerja dan materi, sementara tak diimbangi dengan tawa bahagia bersama mereka yang kita sayangi.


Sumber : vemale.com

Saturday, April 12, 2014

Kisah Inspiratif: Gadis Tuna Rungu Yang Menjadi Model dan Mendapat Beasiswa

kisah inspiratif, motivasi, Siti Nur Lathifah, model cantik

Keterbatasan pendengaran karena menyandang tuna rungu tak membuat Siti Nur Lathifah patah semangat mengejar mimpi. Dengan penuh kerja keras, ia melewati masa-masa kritis akibat minder dengan pendengarannya itu, sampai akhirnya meraih beasiswa Bidikmisi. Berkat prestasinya, ia bisa bertemu langsung menteri dan presiden.

Siti Nur Lathifah adalah satu dari sekian banyak kisah menarik dan inspiratif yang diceritakan dalam buku Kebangkitan Kaum Duafa pada acara silaturahim Bidikmisi di Jakarta. Buku itu diserahkan langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Sepintas, penampilan gadis setinggi 166 cm yang berkerudung itu tak berbeda dengan perempuan lainnya. Wajahnya terlihat tak kurang satu apa pun. Perbedaan baru terlihat ketika dia berbicara. Tidak hanya bibirnya yang bergerak, kedua tangannya pun ikut serta menerjemahkan tiap detail kata-katanya.

kisah inspiratif, motivasi, Siti Nur Lathifah, model cantik, model tuna rungu

Mahasiswi Jurusan Seni Rupa di Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, itu memang mengalami keterbatasan dalam pendengaran. Tetapi, keterbatasan fisik tersebut tak lantas membuat mahasiswi angkatan 2011 ini berhenti berprestasi.

Perempuan asal Semarang yang lahir dari pasangan Mulyono dan Munawaroh ini sangat menggemari dunia model. Dari dunia inilah ia banyak mendulang prestasi.

Ia sebenarnya lahir seperti bayi normal pada umumnya. Pendengarannya mengalami gangguan ketika berumur tujuh tahun. Dia mengalami kecelakaan ketika bermain sepeda.

"Akibatnya, saya tidak bisa mendengar," ujar Lathifah, panggilan akrab mahasiswi ini.

Saat kecil, Lathifah sering ditinggal orangtuanya untuk mencari nafkah. Bapaknya bekerja sebagai tukang bangunan, sementara ibunya menjadi buruh toko sablon. Praktis, ia bermain tanpa pengawasan.

Sejak kecelakaan dan akibatnya itu, Lathifah selalu berupaya menerima keterbatasan dirinya. Hanya saja, dia mengungkapkan, pernah pada suatu masa dirinya sangat merasa minder. Puncaknya terjadi ketika dia menginjak kelas X.

"Saya sangat minder, tidak percaya diri, karena sering diejek teman-teman yang normal,” tutur Lathifah.

Lantaran sering mendapat ejekan, Lathifah mengaku sempat marah dan kecewa kepada Tuhan. Tetapi, banyak orang di sekelilingnya yang menguatkan dan memotivasinya. Kepala sekolahnya pun sering mengajaknya mengikuti berbagai seminar motivasi.

Sampai akhirnya, sejak kelas XI, Lathifah lambat laun sadar dan bisa menerima keadaan. Dia tak lagi fokus pada keterbatasan dirinya, tetapi mulai menyibukkan diri dengan hobi, yaitu fesyen dan tata rias.

Lathifah mulai banyak mengikuti dan memenangi lomba-lomba. Satu demi satu prestasi diraihnya. Secara bertahap, kepercayaan dirinya bahkan kian menguat.

"Saya semakin mensyukuri anugerah Tuhan yang dititipkan kepada diri saya. Meskipun saya memiliki keterbatasan, tapi saya bisa berprestasi," tuturnya.

Semoga bisa menginspirasi kita semua. Aamiin.......


Sumber : kompas.com

Friday, April 4, 2014

Falcon and the branch ~ Moral Story


Once there was a king who received a gift of two magnificent falcons. They were peregrine falcons, the most beautiful birds he had ever seen. He gave the precious birds to his head falconer to be trained.

Months passed, and one day the head falconer informed the king that though one of the falcons was flying majestically, soaring high in the sky, the other bird had not moved from its branch since the day it had arrived.

The king summoned healers and sorcerers from all the land to tend to the falcon, but no one could make the bird fly.

He presented the task to the member of his court, but the next day, the king saw through the palace window that the bird had still not moved from its perch.

Having tried everything else, the king thought to himself, “May be I need someone more familiar with the countryside to understand the nature of this problem.” So he cried out to his court, “Go and get a farmer.”

In the morning, the king was thrilled to see the falcon soaring high above the palace gardens. He said to his court, “Bring me the doer of this miracle.”

The court quickly located the farmer, who came and stood before the king. The king asked him, “How did you make the falcon fly?”

With his head bowed, the farmer said to the king, “It was very easy, your highness. I simply cut the branch where the bird was sitting.”

We are all made to fly — to realize our incredible potential as human beings. But at times we sit on our branches, clinging to the things that are familiar to us. The possibilities are endless, but for most of us, they remain undiscovered. We conform to the familiar, the comfortable, and the mundane. So for the most part, our lives are mediocre instead of exciting, thrilling and fulfilling. Let us learn to destroy the branch of fear we cling to and free ourselves to the glory of flight!

Thursday, April 3, 2014

A DAD’S SPEECH AT HIS DAUGHTER’S WEDDING

I thought I would start my speech by addressing you as the “new” family of my daughter. But I think it would be inappropriate because now that she is married, you are “the family” for her. Believe me; I don’t have a problem with that. I, in fact, want my daughter to have “you” as her priority now. Its time for us to take a backseat in her life. We would happily accept it but would surely request one thing- please keep her happy!

I am more than sure that you will keep her very happy. She will perhaps be happier than what she used to be here. But like all fathers, I obsess over my daughter’s happiness which is making me say this over and over again- please keep her happy!

She never was and will never be a burden for me. She is in fact the reason why I breathe and smile. I am getting her married because this is what the law of nature demands. I am helpless in the face of our culture and therefore sending her to your home. She was the happiness of my home and will now light up your home. I am giving my world to you. Please make sure it remains beautiful. I am giving away my princess to you. Please make sure she stays as a queen. I have raised her with my sweat and blood and now she is wonderfully perfect. For all the care, love, beauty and warmth my daughter will bring into your lives, I just want her happiness in return—please keep her happy!

If at times you think that my daughter has said or done something wrong, feel free to scold her. But handle her with love. She is very fragile. If at times she feels low, be with her. She just needs a little bit of your attention. If at times she feels sick, show her some care. It’s the medicine that works best for her. If at times she fails to fulfill a responsibility, feel free to chastise her. But empathize with her. She is still learning. Do understand her—please keep her happy!

I don’t mind if I don’t get to see her for months. I don’t mind if I am not able to talk to her on a daily basis. I would be more than happy if she doesn’t remember me much. But, my only motive in life has been my daughter’s happiness which is now in your hands. I beg you, please keep her happy.

Dear son-in-law, these words may not mean much to you now but if you are lucky enough to father a daughter someday, you will appreciate them better when you will find every beat of your heart shouting – “please keep her happy”!

-- Dedicated to all Fathers