Thursday, March 31, 2011

IMPIAN SEORANG MANUSIA LUMPUH

Tennese adalah salah satu daerah yang terletak di Amerika, disinilah pernah dilahirkan kedunia seorang manusia yang sangat luar biasa. Terlahir prematur dan kondisi lemah. kondisi bandannya sangatlah lemah. Pada umur empat tahun dia malah terkena penyakit radang paru-paru kronis dan tubuhnya lumpuh terkena polio, dua penyakit maut yang sangat mematikan saat itu sampai dua kakinya harus memakai penyangga.

Disamping anak ini ada seorang yang tak kalah luar biasanya yang selalu menyanyangi, mencintai dan selalu menghiburnya bahkan memberi dorongan dan semangat. “Walaupun……kamu mempunyai kaki yang lemah dan harus menggunakan penyangga, kamu dapat melakukan apapun yang kamu inginkan dan impikan dalam Hidup” kata ibunya kepadanya di suatu kesempatan. Yang kamu butuhkan hanyalah KEYAKINAN, KETEKUNAN, KEBERANIAN dan SEMANGAT PANTANG MENYERAH. dan petuah dari ibunyalah cikal bakal lahirnya seorang manusia luar biasa, seorang manusia pejuang, yang dengan gagah berani menatap hidup didepanya yang mungkin bagi orang lain itu “KEMUSTAHILAN”

Di usia sembilan tahun ia memutuskan melepas penyangga di kedua kakinya. padahal saat itu dokter melarangnya dan mengatakan “Kakimu tidak akan mungkin bisa normal” Tetapi si anak ini tidak perduli dia punya keyakinan bisa berjalan tanpa penyangga. Anak ini berjuang dan berjuang terus selama empat tahun dan ahirnya bisa berjalan dan membuat paramedis heran bin ajaib.

Ditengah kaki yang belum normal betul anak ini malah bercita-cita dan punya impian yang membuat banyak orang disekelilingnya menertawakannya. ” Aku ingin menjadi pelari tercepat dunia” katanya disuatu kesempatan. Bagaimana mungkin ???

Diusia tigabelas tahun ia mulai mengikuti lomba lari dan selalu ada di urutan terahir, bahkan tertinggal jauh dari sesama yang ikut lomba. teman-teman dan orang orang sekitarnya menasihatinya agar dia mengubur saja impiannya untuk menjadi pelari tercepat dunia tetapi itu tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap fokus pada impiannya dan disuatu kesempatan pada salah satu lomba dia berada pada urutan kedua dari belakang yang membuat semangatnya semakin menyala-nyala karena sejak saat itu beberapa kali dia berhasil memenangkan lomba yang dia ikuti.

Saat kuliah di tenesse dia bertemu dengan seorang pelatih yang bernama ED TEMPLE. Pelatih ini melihat semangat yang luar biasa dan bakat alam yang menyalah-nyalah dalam diri Anak ini. kemudian dia melatihnya dengan tekun sampai ahirnya membawa anak ini ke OLIMPIADE dunia tahun 1960. disana dia harus menghadapi para pelari pelari tercepat dunia saat itu yaitu Jutta heine dari jerman yang saat itu tidak ada yang bisa mengalahkannya. dan sungguh mengejutkan seorang yang di vonis dokter tidak bisa berjalan, mendapatkan dua medali Emas di seratus meter dan duaratus meter.

Lomba yang terahir adalah Estafet 400 m ia bertemu lagi dengan Jutta Heine dipelari pertama dan kedua ditimnya meyelesaikan tugas dengan sangat baik. tetapi pada pelari ketiga dia menjatuhkan tongkat saat menyerahkan kepadanya sehingga dia tertinggal jauh dari Jutta semua yang hadir berpikir tidak akan mungkin lagi ia mampu memenangkan pertandingan ini. Tetapi apa yang terjadi Orang boleh saja berpikir tidak akan mungkin tetapi bagi Orang ini Tidak ada sesuatu yang tidak mungkin. Dan sungguh luar biasa dia yang bahkan keluar sebagai Pemenang….. Luar biasa….. dia berhasil meraih medali emas ketiganya. Siapakah Orang yang luar biasa ini ???
Dia seorang wanita perkasa dan luar biasa……… WILMA RUDOLPH.
Kalau saja wanita hebat ini hanya mau menerima nasibnya dengan penyangga dikakinya mungkin seumur hidup dia akan selalu mengharap belas kasihan dari orang lain. Tetapi wanita hebat ini mau keluar dari ketidak mampuannya. dia tidak mau menerima kekurangannya namun justru karena kekurangan itulah yang membuatnya ingin menjadi orang yang luar biasa. Dia berani bermimpi yang tinggi dan kemudian mewujudkannya.

Mimpikanlah Impian yang tinggi dan kamu akan menjadi seperti yang kamu impikan suatu hari. karena tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa dimpikan terlebih dahulu. Kalau kita yakin kita dilahirkan untuk mendapatkan hal-hal kecil, maka yang kita dapatkan adalah hal-hal yang kecil pula. tetapi kalau kita yakin kita diciptakan untuk meraih hal-hal yang besar, maka yang kita dapatkan juag pastilah hal basar.
“Man proposes, God disproses” Jadi apa salahnya kita berencana yang tinggi, mana tau yang tinggi dan besar itulah yang tuhan berikan untuk kita. bukankah bermimpi itu GRATIS kawan ……. ??? Lalu kenapa kita takut untuk bermimpi setinggih langit !!!!!
(Disarikan dari berbagai buku)
Ardian Madika 26 October 2009

Sumber :http://www.kisahinspiratif.com/impian-seorang-manusia-lumpuh.html

KISAH SOICHIRO HONDA : “Lihat Kegagalan Saya”

Pengalaman adalah guru yang paling brutal dan kejam.
Cobalah amati kendaraan yang melintasi jalan raya. Pasti, mata Anda selalu terbentur pada Honda, baik berupa mobil maupun motor. Merk kendaran ini menyesaki padatnya lalu lintas, sehingga layak dijuluki “raja jalanan”

Namun, pernahkah Anda tahu, sang pendiri “kerajaan” Honda – Soichiro Honda – diliputi kegagalan. Ia juga tidak menyandang gelar insinyur, lebih-lebih Profesor. Ia bukan siswa yang memiliki otak cemerlang. Di kelas, duduknya tidak pernah di depan, selalu menjauh dari pandangan guru. “Nilaiku jelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih, karena dunia saya disekitar mesin, motor dan sepeda,” tutur tokoh ini, yang meninggal pada usia 84 tahun, setelah dirawat di RS Juntendo, Tokyo, akibat mengindap lever. Saat merintis bisnisnya Soichiro Honda selalu diliputi kegagalan. Ia sempat jatuh sakit, kehabisan uang, dikeluarkan dari kuliah. Namun ia trus bermimpi dan bermimpi…

Kecintaannya kepada mesin, mungkin ‘warisan’ dari ayahnya yang membuka bengkel reparasi pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuko, Jepang Tengah, tempat kelahiran Soichiro Honda. Di bengkel, ayahnya memberi cathut (kakak tua) untuk mencabut paku. Ia juga sering bermain di tempat penggilingan padi melihat mesin diesel yang menjadi motor penggeraknya. Di situ, lelaki kelahiran 17 November 1906, ini dapat berdiam diri berjam-jam. Di usia 8 tahun, ia mengayuh sepeda sejauh 10 mil, hanya ingin menyaksikan pesawat terbang.

Ternyata, minatnya pada mesin, tidak sia-sia. Ketika usianya 12 tahun, Honda berhasil menciptakan sebuah sepeda pancal dengan model rem kaki. Tapi, benaknya tidak bermimpi menjadi usahawan otomotif. Ia sadar berasal dari keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah, tidak tampan, sehingga membuatnya rendah diri.
Di usia 15 tahun, Honda hijrah ke Jepang, bekerja Hart Shokai Company. Bosnya, Saka Kibara, sangat senang melihat cara kerjanya. Honda teliti dan cekatan dalam soal mesin. Setiap suara yang mencurigakan, setiap oli yang bocor, tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun bekerja disitu, menambah wawasannya tentang permesinan. Akhirnya, pada usia 21 tahun, bosnya mengusulkan membuka suatu kantor cabang di Hamamatsu. Tawaran ini tidak ditampiknya.Di Hamamatsu prestasi kerjanya tetap membaik. Ia selalu menerima reparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun cepat memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena itu, jam kerjanya larut malam, dan terkadang sampai subuh. Otak jeniusnya tetap kreatif. Pada zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari kayu, hingga tidak baik meredam goncangan. Ia punya gagasan untuk menggantikan ruji-ruji itu dengan logam. Hasilnya luarbiasa. Ruji-ruji logamnya laku keras, dan diekspor ke seluruh dunia. Di usia 30, Honda menandatangani patennya yang pertama.

Setelah menciptakan ruji, Honda ingin melepaskan diri dari bosnya, membuat usaha bengkel sendiri. Ia mulai berpikir, spesialis apa yang dipilih? Otaknya tertuju kepada pembuatan Ring Pinston, yang dihasilkan oleh bengkelnya sendiri pada tahun 1938. Sayang, karyanya itu ditolak oleh Toyota, karena dianggap tidak memenuhi standar. Ring buatannya tidak lentur, dan tidak laku dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadap kegagalan itu. Mereka menyesalkan dirinya keluar dari bengkel.

Kuliah karena kegagalan itu, Honda jatuh sakit cukup serius. Dua bulan kemudian, kesehatannya pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya. Tapi, soal Ring Pinston itu, belum juga ada solusinya. Demi mencari jawaban, ia kuliah lagi untuk menambah pengetahuannya tentang mesin. Siang hari, setelah pulang kuliah – pagi hari, ia langsung ke bengkel, mempraktekan pengetahuan yang baru diperoleh. Setelah dua tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang mengikuti kuliah.

“Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan pengaruhnya,” ujar Honda, yang gandrung balap mobil. Kepada Rektornya, ia jelaskan maksudnya kuliah bukan mencari ijasah. Melainkan pengetahuan. Penjelasan ini justru dianggap penghinaan.

Berkat kerja kerasnya, desain Ring Pinston-nya diterima. Pihak Toyota memberikan kontrak, sehingga Honda berniat mendirikan pabrik. Eh malangnya, niatan itu kandas. Jepang, karena siap perang, tidak memberikan dana. Ia pun tidak kehabisan akal mengumpulkan modal dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik. Lagi-lagi musibah datang. Setelah perang meletus, pabriknya terbakar dua kali.
Namun, Honda tidak patah semangat. Ia bergegas mengumpulkan karyawannya. Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh kapal Amerika Serikat, digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik. Tanpa diduga, gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya, sehingga diputuskan menjual pabrik Ring Pinstonnya ke Toyota. Setelah itu, Honda mencoba beberapa usaha lain. Sayang semuanya gagal.
Akhirnya, tahun 1947,setelah perang Jepang kekurangan bensin. Di sini kondisi ekonomi Jepang porak-poranda. Sampai-sampai Honda tidak dapat menjual mobilnya untuk membeli makanan bagi keluarganya. Dalam keadaan terdesak, ia memasang motor kecil pada sepeda. Siapa sangka, “sepeda motor” – cikal bakal lahirnya mobil Honda – itu diminati oleh para tetangga. Mereka berbondong-bondong memesan, sehingga Honda kehabisan stok.

Disinilah, Honda kembali mendirikan pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya. Motor Honda berikut mobinya, menjadi “raja” jalanan dunia, termasuk Indonesia. Soichiro Honda mengatakan, janganlah melihat keberhasilan dalam menggeluti industri otomotif. Tapi lihatlah kegagalan-kegagalan yang dialaminya. “Orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen. Tapi, mereka tidak melihat 99% kegagalan saya”, tuturnya. Ia memberikan petuah ketika Anda mengalami kegagalan, yaitu mulailah bermimpi, mimpikanlah mimpi baru dan berusahalah untuk merubah mimpi itu menjadi kenyataan.
Kisah Honda ini, adalah contoh bahwa Suskes itu bisa diraih seseorang dengan modal seadanya, tidak pintar di sekolah, ataupun berasal dari keluarga miskin. Jadi buat apa kita putus asa bersusah hati merenungi nasib dan kegagalan. Tetaplah tegar dan teruslah berusaha, lihatlah Honda sang ”Raja” jalanan.
5 Resep keberhasilan Honda:
1. Selalulah berambisi dan berjiwa muda.
2. Hargailah teori yang sehat, temukan gagasan baru, khususkan waktu memperbaiki produksi.
3. Senangilah pekerjaan Anda dan usahakan buat kondisi kerja Anda senyaman mungkin.
4. Carilah irama kerja yang lancar dan harmonis.
5. Selalu ingat pentingnya penelitian dan kerja sama.

Sumber: http://www.kisahinspiratif.com/soichiro-honda-%E2%80%9Clihat-kegagalan-saya%E2%80%9D.html

Monday, March 28, 2011

Anak Yang Buta Mampu menghafal Al-Qur’an dalam Rentang Waktu 2 Tahun dan Hanya Bicara dengan Bahasa yang Fasih

Faishol Da’sy Al-Qohthoni, seorang bocah berusia 12 tahun yang mengalami buta sejak lahir.Beberapa tahu lamanya ia hidup di tengah-tenah iklim yang tak bersahabat dan menggelisahkan karena ia tidak mampu melihat lingkungan sekitarnya.

Ia tidak putus asa atau membiarkan dirinya menjadi mangsa keterasingan.Setelah Allah mengaruniakan rahmat kepadanya, maka Allah menggantikan penglihatannya dengan kemampuan menghafal dalam taraf yang menabjubkan. Ia mampu menghafal Al-Qur’an hanya dalam rentang waktu 2 tahun saja ditengah decak kagum banyak orang kepadanya.

Bila Anda bertemu dengannya, maka ia akan menyambut Anda dengan lapang dada.Anda akan merasa seolah-olah Anda telah mengenalnya sejak lama. Dalam raut mukanya terlihat tanda-tanda senyum, keceriaan dan kebahagian.Ia memiliki sejumlah keistimewaan.Kecerdasannya begitu tajam.Kemampuanya melampaui anak-anak seusianya.Sehingga ia menjadi pusat sanjungan banyak orang, baik anak-anak maupun orang dewasa.
Ia berbicara dengan bahasa Arab yang fasih dan lancar. Bahasanya amat bagus.Ia menuturkan , “nama saya Faisal bin Da’sy Al-Qohthoni. Saya dilahirkan di Riyadh.Saya masuk madrasah An Nur selama 3 tahun, setelah saya pindah sekolah tahfiz Al-Qur’an.Berkata karunia Allah dan doronagan kedua ornag tuanya serta usaha yang keras para guru saya, saya mampu menghafal Al-Qur’an dengan baik.Awalnya saya, sering mendengar bacaan Al-Qur’an. Saya senang dengan bacaan dan tartilnya Syaikh Sudais.Selanjutnya saya tertarik dengan suara Kholid Al-Qohthoni. Maka ayahku memberikan hadiah kaset murottal 30 juz dengan bacaan Kholid Al-Qohthoni.
Ia melanjutkan ,”Saya hafal Al-Qur’an 30 juz, ditambah zikir pagi dan petang, doa tidur, doa makan dan minum serta sejumlah hadist”.
“Kenapa kamu berbicara dengan bahasa yang fasih dan enggan berbicara dengan dialek pasaran?’
“Bahasa yang fasih adalah bahasa Al-Qur’an serta bahasa seluruh bangsa arab.Sehingga,kita wajib menjaganya serta menyebarluaskannya ditengah-tengah generasi ini.
“Pesan apa yang bisa kamu sampaikan kepada saudara-saudaramu serta teman-temanmu sesama muslim?’
Faishol menjawab dengan penuh percaya diri dan sikap tenang, “ Aku pesankan kepada mereka agar tidak lalai.Aku peringatkan kepada mereka akan tipu daya setan da hendaknya mereka tidak menuruti syahwat serta tidak membuang-buang waktu mereka didepan layar TV melihat acara-acara yang tidak bermanfaat,bahkan merugikan.Juga, Aku pesankan kapada mereka agar menaruh perhatian kepada Al-Qur’an, banyak membacanya, serta berusaha menghafalnya”.
“ Bagaimana kamu menghafal Al-Qur’an? Apakah ada metode khusus yang kamu pratekkan?”
Faishol menjawab, “ Allah memeberikan petunjuk kepadaku untuk menempuh metode dengan mendengarkan kaset.Aku menaruh tape di dalam kamar dan meyambungnya dengan kabel. Aku dapat menghidupkannya dengan cara menekan tombol listrik yang ada di tembok.Secara otomatis, bacaan terulang-ulang hingga selesai proses hafalan seluruh yang ada di kaset. Kemudian aku menggantikannya dengan yang lain.
Tatkala ayah melihat dan mengetahui bahwa anaknya sudah tidak mampu lagi melihat, ia pun putus asa untuk pergi kerumah sakit dan pusat-pusat pengobatan, maka ia tidak memiliki cara selain mendaftarkannya di madrasah An-Nur yang menggunakan metode membaca dengan huruf Braile. Namun, ia merasa kurang cocok dan tidak menerima madrasah tersebut.

Akhirnya, ia memindahkan ke madrasah tahfiz Al-Qur’an. Sang ayah berpandangan untuk membiarkannya menikmati berbagai potensi yang ia miliki.Faishol memeiliki kesenangan mendengar bacaan Al-Qur’an, baik di rumah, kendaraan, atau di tempat- tempat lain. Sang ayah berpesan dan menekankan agar memasukkan anak-anak ke madrasah tahfiz meski banyak rintangan yang ia hadapi dan banyak mengikuti halaqoh- halaqoh tahfiz dengan ketekunan, kesungguhan, dan motivasi.

( Dikutip dari buku, “Nisa’un la ya’rifnal ya’s. Edisi terjemahan, “Seni menghafal Al-Qur’an/ Ahamad Salim Badwilan/hal 36-37.Solo: WIP.2008).

Permata (Sebuah kisah Tentang Menghargai Wanita)

Seseorang yang pernah belajar di Amerika menceritakan kisah unik ini kepada saya. Ada salah seorang muslim yang hidup di Amerika, setiap hari pergi ke super market dan membeli semua kebutuhan. Sewaktu di meja kasir yang kebetulan adalah seorang wanita- dia meletakkan uangnya diatas meja dan tidak menyerahkannya ke tangan wanita tersebut. Hal itu terjadi berulang kali pada kasir yang sama. Hal ini membuatnya berpikir, apakah ada yang salah pada dirinya sehingga orang itu tidak mau menyentuh tangannya? Atau apa?
Dia terus merasa heran dan berpikir setiap kali mengalami kejadian itu, sampai akhirnya dia memutuskan untuk bertanya kepada pembeli tersebut.

Suatu hari dia mengikuti orang tersebut dan menghentikannya untuk bertanya, “Mengapa anda meletakkan uang diatas meja dan tidak menaruhnya di tangan saya?” Dengan bangga orang itu menjawab, “Karena kami muslim. Agama kami menyuruh memperlakukan wanita sepeti permata yang sangat berharga.Yaitu permata yang tidak boleh disentuh oleh siapapun selain pemiliknya. Seandainya permata-permata itu berpindah tangan, niscaya ia akan kehilangan nilainya.” Jawabannya membuat wanita itu kagum terhadap agama ini dan dia memutuskan untuk mengenal lebih jauh tentang Islam. Alhamdulillah, wanita itu akhirnya masuk islam berkat beberapa kalimat dan kejadian sederhana, tetapi mengandung makna yang sangat agung.

Demikianlah saudaraku,

Sebuah tindakan yang sederhana tetapi mengandung pelajaran yang berharga. Sebuah sikap memuliakan wanita. Tekadang sebuah tindakan dan perbuatan sederhana yang mencerminkan prilaku islami mampu memberi hidayah kepada orang lain.

Kepada saudari-saudariku,
Semoga engkau menjadi permata yang berkilauan. Yang tidak mudah disentuh kecuali oleh yang berhak. Yang menyadari kemuliannya. Yang menundukkan pandangannya, memelihara auratnya. Yang teguh menjaga kehormatan dan kesuciannya.

Saya bermohon kepada Allah agar kita mendapatkan pertolongan dari Allah untuk melaksanakan apa yang dicintai dan diridai-Nya. Amin.

Ahmad Bin Ismail Khan


Sumber cerita: Mausu'atul qashal mu'atsirah, Ahmad Salim Baduwailan, 2007

Wednesday, March 23, 2011

Remaja 14 Tahun Ini CEO Termuda di Dunia

Saat ini, gadis ini mengepalai perusahaan yang karyawannya berusia 18 sampai 25 tahun

undefined

VIVAnews - Di saat remaja seumurannya menghabiskan waktu bermain Facebook atau bergosip tentang remaja pria, Sindhuja Rajamaran yang berumur 14 tahun justru berkarier sebagai CEO termuda dan animator 2D (dua dimensi). Aktivitasnya ini membuatnya mendapatkan gelar Guinness World Record sebagai CEO termuda di dunia.

Sindhuja terlahir dari keluarga mencintai dunia kartun. Ayahnya seorang pembuat karikatur yang pertama kali mengenalkan Sindhuja karikatur digital. Sedangkan, adiknya adalah penulis haiku (puisi pendek) termuda di India.

Kini Sindhuja menjalankan perusahaan animasi bernama Seppan. Dari membuat film animasi pendek dengan mengangkat isu global warming dan TBC sampai membuat desain kartu ucapan untuk Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Sindhuja yakin telah mencapai banyak hal. Di usia belia, ia telah menguasai banyak software komputer, seperti Flash, Photoshop,Corel Painter, After Effects dan Maya.

Saat ini, gadis ini mengepalai perusahaan yang karyawannya berusia 18 sampai 25 tahun untuk membuat iklan digital animasi.

Semua kelebihan pada gadis ini di dapat dari sang Ayah, Tamil Nadu. Ayahnya yang seorang duta dari CorelDRAW, software pengolah gambar, didatangi oleh the Indian Territory Manager of Corel. Saat itu, Dia mengetahui bahwa Sindhuja dapat menggambar dengan Corel sejak 11 tahun.

"Saya diundang pada beberapa acara produk Corel dan merasa sangat bangga sebagai pembuat karikatur digital dan kartun termuda," ujar gadis ini, seperti dikutip oleh laman Times of India.

Saat ini, Sindhuja sangat berkeinginan memiliki rumah produksi sendiri dan membuat film-film berkualitas yang diakui secara global. Dia membuat dirinya sebagai pencipta lapangan pekerja bagi para ahli dan pemula.



Sumber: http://kosmo.vivanews.com/news/read/210862-remaja-14-tahun-ini-ceo-termuda-di-dunia

Saturday, March 19, 2011

Demi Allah, Saya Akan Melakukan Shalat 5 Waktu Dimasjid

Ini Adalah sebuah Kisah nyata yang mengharukan….

Jika Allah memberi Anda hidayah, ini dapat mengubah hidup, cara berpikir, dan tujuan utama dalam hidup Anda.Ini adalah cerita tentang seseorang dari Bahrain bernama Ibrahim Nasser. Dia telah lumpuh total sejak lahir dan hanya dapat menggerakkan kepala dan jarinya. Bahkan bernapasnya dilakukan dengan alat bantu.Pemuda ini sangat ingin bertemu syekh Nabeel Al-Awdi. Maka, ayah Ibrahim pun menghubungi syekh lewat telepon untuk mengatur kunjungan ke Ibrahim.

Kemudian setalah melakukan travel beberapa saat, Syekh Nabeel pun tiba di bandara, memenuhi undangan Orang tua Ibrahim.
Ibrahim sangat senang melihat kedatangan syekh Nabeel ketika membuka pintu kamarnya. Lihatlah ekpresi wajahnya, Ia hanya bisa melihat kebahagiaan dari ekspresi wajahnya karena ia tidak dapat berbicara. Dan ini adalah ekspresi Ibrahim ketika bertemu dengan syekh Nabeel.  Perhatikan juga alat pernapasan di leher Ibrahim… Ia bahkan tidak mampu bernapas dengan normal seperti kita.
Dan sebuah kecupan kasih sayang, di kening untuk Ibrahim.
Ibrahim dengan ayahnya, pamannya, dan syekh Nabeel.
Lalu syekh Nabeel dan Ibrahim mulai berbicara tentang Dakwah di internet dan perjuangannya yang diperlukan. Mereka juga saling bertukar cerita.
Dan selama percakapan mereka itu, syekh Ibrahim Nabeel melontarkan pertanyaan. Sebuah pertanyaan yang membuat Ibrahim menangis… dan air mata bergulir dikelopak mata dan  pipi Ibrahim.
Ibrahim tidak bisa menahan tangisnya ketika ia ingat kondisi dirinya dan beberapa kenangan masa lalunya yang menyakitkan.

Tahukah Anda pertanyaan apa yang membuat Ibrahim menangis???
Syekh itu bertanya:  “Wahai Ibrahim .. jika Allah telah memberi kesehatan kepadamu … apa yang akan kamu lakukan?”

Dan Ibrahim pun menangis tersedu-sedu, dan ia membuat syekh, ayahnya, pamannya dan semua orang di ruangan menangis .. bahkan pria yang memegang kamera pun ikut menangis juga.
Dan jawaban Ibrahim adalah:

“Demi Allah saya akan melaksanakan shalat di masjid dengan sukacita .. Saya akan menggunakan nikmat kesehatan saya dalam segala sesuatu yang akan menyenangkan Allah SWT.

Saudara – saudariku, Allah SWT telah menganugerahi kita dengan kelincahan dan kesehatan.
Tapi kita tidak melaksanakan (mendirikan) ibadah shalat kita di masjid?? Dan kita justru duduk berjam-jam di depan komputer atau Televisi….
“Sungguh, pada yang demikian itu pasti terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (QS. Qaf: 37).

Semoga Allah selalu membimbing kita ke jalan yang benar & menjaga diri kita agar tetap berpendirian teguh….

 Sumber:  http://rajwarafi.wordpress.com/2010/03/21/demi-allah-saya-akan-melakukan-shalat-5waktu-dimasjid-renungan/

   

 

Thursday, March 17, 2011

Dendam Positif

Di sebuah perusahaan pertambangan minyak di Arab Saudi, di akhir tahun 40-an.Seorang pegawai rendahan, remaja lokal asli Saudi, kehausan dan bergegas mencari air untuk menyiram tenggorokannya kering.

Ia begitu gembira ketika melihat air dingin yang tampak didepannya dan bersegera mengisi air dingin ke dalam gelas. Belum sempat ia minum, tangannya terhenti oleh sebuah hardikan: "Hei, kamu tidak boleh minum air ini. Kamu cuma pekerja rendahan. Air ini hanya khusus untuk insinyur" Suara itu berasal dari mulut seorangi insinyur Amerika yang bekerja di perusahaan tersebut.


Remaja itu akhirnya hanya terdiam menahan haus.Ia tahu ia hanya anak miskin lulusan sekolah dasar. Kalaupun ada pendidikan yang dibanggakan, ia lulusan lembaga Tahfidz Quran, tapi keahlian itu tidak ada harganya di perusahaan minyak yang saat itu masih dikendalikan oleh manajeman Amerika.

Hardikan itu selalu terngiang di kepalanya. Ia lalu bertanya-tanya: Kenapa ini terjadi padaku? Kenapa segelas air saja dilarang untuk ku? Apakah karena aku pekerja rendahan, sedangkan mereka insinyur? Apakah kalau aku jadi insinyur aku bisa minum? Apakah aku bisa jadi insinyur seperti mereka? Pertanyaan ini selalu tengiang-ngiang dalam dirinya.


Kejadian ini akhirnya menjadi momentum baginya untuk membangkitkan "DENDAM POSITIF"Akhirnya muncul komitmen dalam dirinya. Remaja miskin itu lalu bekerja keras siang hari dan melanjutkan sekolah malam hari. Hampir setiap hari ia kurang tidur untuk mengejar ketertinggalannya. Tidak jarang olok-olok dari teman pun diterimanya. Buah kerja kerasnya menggapai hasil. Ia akhirnya bisa lulus SMA.Kerja kerasnya membuat perusahaan memberi kesempatan padanya untuk mendalami ilmu. Ia dikirim ke Amerika mengambil kuliah S1 bidang teknik dan master bidang geologi.Pemuda ini lulus dengan hasil memuaskan.

Selanjutnya ia pulang kenegerinya dan bekerja sebagai insinyur. Kini ia sudah menaklukkan dendamnya, kembali sebagai insinyur dan bisa minum air yang dulu dilarang baginya.


Apakah sampai di situ saja.Tidak, karirnya melesat terus. Ia sudah terlatih bekerja keras dan mengejar ketinggalan, dalam pekerjaan pun karirnya menyusul yang lain. Karirnya melonjak dari kepala bagian, kepala cabang, manajer umum sampai akhirnya ia menjabat sebagai wakil direktur, sebuah jabatan tertinggi yang bisa dicapai oleh orang lokal saat itu.

Ada kejadian menarik ketika ia menjabat wakil direktur. Insinyur Amerika yang dulu pernah mengusirnya, kini justru jadi bawahannya.Suatu hari insinyur bule ini datang menghadap karena ingin minta izin libur dan berkata; "Aku ingin mengajukan izin liburan. Aku berharap Anda tidak mengaitkan kejadian 'air 'di masa lalu dengan pekerjaan resmi ini. Aku berharap Anda tidak membalas dendam, atas kekasaran dan keburukan perilakuku di masa lalu "Apa jawaban sang wakil direktur mantan pekerja rendahan ini: "Aku ingin berterimakasih padamu dari lubuk hatiku paling dalam karena kau melarang aku minum saat itu.Ya dulu aku benci padamu. Tapi, setelah izin Allah, kamu lah sebab kesuksesanku hingga aku meraih sukses ini."Kini dendam positif lainnya sudah tertaklukkan.

Lalu apakah ceritanya sampai di sini? Tidak. Akhirnya mantan pegawai rendahan ini menempati jabatan tertinggi di perusahaan tersebut. Ia menjadi Presiden Direktur pertama yang berasal dari bangsa Arab.

Tahukan Anda apa perusahaan yang dipimpinnya? Perusahaan itu adalah Aramco (Arabian American Oil Company perusahaan minyak terbesar di dunia. Ditangannya perusahaan ini semakin membesar dan kepemilikan Arab Saudi semakin dominan. Kini perusahaaan ini menghasilakan 3.4 juta barrels (540,000,000 m3) dan mengendalikan lebih dari 100 ladang migas di Saudi Arabia dengan total cadangan 264 miliar barrels (4.20×1010 m3) minyak dan 253 triliun cadangan gas. Atas prestasinya Ia ditunjuk Raja Arab Saudi untuk menjabat sebagai Menteri Perminyakan dan Mineral yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap dunia.


Tahukah kisah siapa ini? Ini adalah kisah Ali bin Ibrahim Al-Naimi yang sejak tahun 1995 sampai saat ini (2011) menjabat Menteri Perminyakan dan MineralArab Saudi. Terbayangkah, hanya dengan mengembangkan hinaan menjadi dendam positif, isu air segelas di masa lalu membentuknya menjadi salah seorang penguasa minyak yang paling berpengaruh di seluruh dunia. Itulah kekuatan"DENDAM POSITIF"Kita tidak bisa mengatur bagaimana orang lain berperilaku terhadap kita. Kita tidak pernah tahu bagaimana keadaan akan menimpa kita. Tapi kita sepenuhnya punya kendali bagaimana menyikapinya.Apakah ingin hancur karenanya? Atau bangkit dengan semangat "Dendam Positif."

(dari buku Dendam Positif karya Isa Alamsyah dan Asma Nadia).


sumber :http://www.islamedia.web.id

Ketika Kita Meremehkan Profesi

Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah (QS. Al Baqarah : 172)

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung (QS. Al Jumu’ah : 10)

Alhamdulillah puji dan syukur kita kehadirat Allah subhanahuwata’ala yang sampai dengan saat ini tak henti-hentinya melimpahkan rahmat dan hidayahnya bagi kita semua.

Allah subhanahuwata’ala memerintahkan kita umat manusia untuk mencari rezeki yang halal lagi baik dalam kita menjalani kehidupan ini dan tentunya tak lupa kita harus selalu bersyukur atas setiap nikmat yang diberikan, sekecil apapun itu dan seperti apapun itu rezki yang Allah subhanahuwata’ala berikan kepada kita.

Kemarin saya berbincang-bincang dengan seorang penjual roti keliling yang membuat saya cukup kaget dengan yang dihasilkannya. Setiap harinya beliau selalu berkeliling dengan motor dan gerobak rotinya dengan menghabiskan 600-700 buah roti. Ada sepatah kata gurauan saya yang mengatakan padanya, tentu tidak sedikit keuntungan yang didapatkannya. Beliaupun kemudian menjelaskan bahwa ternyata dalam satu bulan beliau bersih dapat menyisihkan sebesar 3jt rupiah untuk keluarganya di rumah. Subhanallah

Ini adalah sepenggal cerita kisah seorang tukang roti yang mungkin jika kita melihat dengan kaca mata pendidikan kita, gaya hidup kita, tentunya profesi itu bukanlah suatu hal yang layak bagi diri kita.

Saya ingin bercerita satu lagi tentang penggalan hidup orang-orang yang bisa menginspirasi kita untuk tidak memilah-milah yang ini layak dan yang ini tidak dalam kehidupan kita.

Seorang Sarjana Agama yang setiap harinya beraktifitas tepat di seberang jalan rumah saya. Kebetulan kami sama-sama perantauan dan dari popinsi yang sama. Orangnya ramah, baik dan suka bertegur sapa. Telah mempunyai 2 orang anak dan 1 istri. Setiap bulan Alhamdulillah beliau bisa menghasilkan 5jt rupiah dari profesi yang dijalaninya saat ini, yaitu seorang tukang pangkas.

Mungkin kening kita akan berkerut ketika mendengarkan hal ini. Seorang Sarjana Agama yang berakhir pada gunting dan sisir. Tapi justru hal tersebut tidak membuatnya meremehkan profesi yang saat ini sedang dijalani. Memang masih ada keluhan disana sini pada dirinya ketika bercerita yang bermuara pada layak dan tidak layaknya profesi ini.

Allah subhanahuwata’ala memberikan begitu banyak karunia kepada ummat manusia di dunia ini. Tidak terbatas apapun itu profesinya. Yang berbeda mungkin bagaimana cara kita dapat memilah-milah bahwa ini memang merupakan karunia Allah subhanahuwata’ala yang patut di syukuri atau justru ini bukan merupakan karunia dimana kita harus menjauhinya.

Allah subhanahuwata’ala-pun tidak mempersulit kita ketika kita bertebaran di dunia ini. Cukup simple, hanya dengan mencari karunianya kemudian ditambah dengan resep selalu ingat kepada-Nya maka keuntungan itu akan kita dapatkan.

Lalu hari ini, ntah kenapa banyak pemuda yang menganggur, atau bahkan menunda pernikahannya dengan jawaban belum memiliki pekerjaan yang layak!

Mari kita bersama mencoba untuk berfikir, dimanakah letak layak dan tidak layaknya suatu profesi bagi diri kita? Dan saya rasa hal ini bukan hanya pemuda yang harus memikirkannya tapi juga para orang tua yang selalu setia mendoktrinkan hal ini kepada anak-anak mereka dengan perkataan dan tak jarang meremehkan sebuah profesi dengan membaginya menjadi yang ini layak dan yang ini tidak layak.

Rasulullah shalallahu’alahiwassalam dahulunya hanyalah seorang pedagang yang berjualan layaknya pedagang lainnya, begitupun dengan sahabat-sahabat Rasulullah shalallahu’alahiwassalam lainnya. Tak jarang kita temui sahabat-sahabat Rasul yang sangat dimuliakan ternyata adalah seorang budak, seorang pengembala, seorang pekerja kebun. Tapi kemudian Rasulullah shalallahu’alahiwassalam tak pernah sekalipun memilah-milah mereka dengan sahabat-sahabat Rasulullah shalallahu’alahiwassalam lainnya yang hidup mewah dan serba berkecukupan terkecuali sebuah profesi itu dikatakan yang ini halal dan yang ini haram.

Lalu kenapa kita kemudian mencoba memilah-milah hal ini menjadi antara layak dan tidak layak. Sepatah kata yang cukup bijak untuk didengarkan bahwa untuk menikah itu sebenarnya tidak diperlukan pekerjaan tetap yang diperlukan adalah tetap bekerja. Ya itulah konsepnya menurut saya.

Allah subhanahuwata’ala itu tidak mengatakan bahwa profesi dengan dasi yang tergantung dileher seseorang lebih layak dari pada sapu yang lengket di tangan seseorang di jalan-jalan. Allah subhanahuwata’ala itu tidak mengatakan bahwa profesi dengan pena di tangan seseorang untuk setiap saat menandatangani surat-surat berharga lebih layak dari gunting, sisir dan pisau cukur yang juga berada di tangan seseorang lainnya.

Allah subhanahuwata’ala hanya memerintahkan kita untuk bertebaran dan mencari rezki-rezki yang halal lagi baik untuk diri kita dan juga untuk keluarga kita tanpa ada pemilah-milahan bahwa yang ini layak dan yang ini tidak layak.

Hal ini sepertinya harus kita benar-benarkan pahamkan pada pola fikir kita dan pada hati kita. Tak heran kita temui seseorang rela membayar ratusan juta rupiah hanya untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang menurutnya layak untuk dirinya. Tak heran pula kita temui seorang wanita rela menjual dirinya hanya untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang menurutnya layak untuk dirinya. Lalu menjadi sebuah pertanyaan DIMANAKAH ALLAH SUBHANAHUWATA’ALA? Yang bahkan pekerjaan itu sebenarnya tidak baik untuk dirinya dan keluarganya, dan menjadi sebuah profesi yang tidak layak jika kemudian ditempuh dengan cara-cara yang tidak dihalalkan oleh Allah subhanahuwata’ala.

Kita harus bersama-sama merubah mindset kita tentang arti layak dan tidak layak ini, khususnya juga bagi para orang tua yang melakukan doktrin penuh ketidakjelasan ini kepada anak-anak mereka. Bahwa profesi ini layak untuk kamu dan profesi ini tidak layak untuk kamu walaupun profesi tersebut halal dalam pandangan Allah subhanahuwata’ala.

Jikapun saya harus membaginya menjadi profesi yang layak dan tidak layak, hanyalah ketika seseorang diberikan profesi oleh Allah subhanahuwata’ala tetapi dia tidak bisa menjaga keamanahannya dan lupa untuk bersyukur kepada Allah subhanahuwata’ala, hal ini menjadikan sebuah profesi yang seharusnya layak menjadi tidak layak baginya. Lalu kapan dia menjadi layak? Ketika seseorang tidak memandang apapun itu berkah Alalh subhanahuwata’ala yang diturunkan padanya, selama dia masih bisa amanah dan keimananya semakin bertambah-tambah dengan berbagai kondisi yang ada, maka profesi apapun itu, itu adalah profesi yang layak.

Marilah ikhwah dan sadaraku ummat muslim, kita ubah mindset kita tentang hal yang layak dan tidak layak ini. Dengan saling menghargai dan menghormati, tidak memandang rendah orang lain apapun itu profesinya, saya yakin islam akan kembali jaya dan kembali pada posisi yang seharusnya ketika kita bisa saling menghargai dan lebih mengutamakan ketaqwaan disisi Allah subhanahuwata'ala

Wallahualam. Layak atau tidak layak sesungguhnya itu hanya wewenang Allah subhanahuwata’ala untuk menetapkannya.

Faguza Abdullah
Sumber: http://www.islamedia.web.id

Saturday, March 12, 2011

Ummu Shalih, 82 tahun, Penghafal Al-Qur’an

RUBRIK KELUARGA pada Majalah Ad-Dakwah selalu menghadirkan kepada para pembacanya kisah-kisah yanq penuh keteladanan dan juga berbagai informasi yang menyejukkan hati.
Berikut ini adalah salah satu pengalaman nyata yang dimuat dalam majalah tersebut.  Mari kita simak bersama!
Ummu Shalih. 82 tahun, mulai menghafal Al-Qur’an pada usianya yang ke-70. Tamasyanya ke taman hafalan Al-Qur’an, sungguh sangat menginspirasi. Cita-citanya yang tinggi, kesabaran, dan juga pengorbanannya patut kita teladani.

Baca selengkapnya »

Mengenal Sosok Penghafal Quran Cilik di Negeri Sakura

Islamedia - Banyak kisah-kisah insppiratif yang makin meningkatkan kecintaan saya pada Allah semata. Entah, mungkin rasanya di negeri minoritas musllim yang serba sulit, sulit mencari makanan halal, sulit mencari jilbab, sulit mencari buku-buku Islam, dan lain sebagainya. Akan tetapi, semua kesullitan tersebut, tidak membuat kami para muslim menjadi  tidak semangat dalam menuntut ilmu. Meskipun jarak dari rumah ke masjid sangat jauh, harus ditempuh puluhan kilometer dengan turun naik kereta atau bus bukanlah penghalang buat mereka yang haus akan ilmu. 

Kali ini, saya akan bercerita tentang sebuah kisah yang paling menggugah hati saya, bahkan dalam hidup saya.

Anak kecil itu masih polos, masih berumur 10 tahun 10 bulan. Dia disalami banyak orang di Masjid Otsuka, kemarin sore. Anak kecil ini adalah Alayen, seorang anak yang sudah mampu menghafal seluruh isi Quran, dengan bacaan Mumtaaz. Memang anak ini bukan keturunan Jepang, melainkan keturunan Pakistan. Tapi, hampir semua orang Pakistan yang ada di Jepang tinggal selamanya di Jepang untuk berdakwah dan berbisnis. 

Minggu itu adalah sebuah momentum bagi seluruh muslilm di Jepang. Momentum untuk meningkatkan kecintaan kita pada Quran. Alayen membuka mata banyak muslim agar mengikuti jejaknya untuk menghafal Quran. Kemarin sore pula, dia diberi gelar Al-Hafidz oleh Holy Quran Memorization International Organization, Saudi Arabia. Pemerintah Saudi Arabia datang langsung ke tempat kami untuk memberikan gelar tersebut kepada Alayen. Bahkan, Pemerintah Saudi Arabia pun memberikan beasiswa kepada Alayen "Full Scholarship" sampai kuliah.

Alhamdulillah, panitia memberikan kesempatan kepada orang tua dan guru hafidz Alayen untuk berbagi pengalamannya. Inilah sepenggal cerita dari Ayah Alayen yang membuat saya sadar akan pentingnya Quran

Memang kita hidup di negeri yang bukan non Muslim, tapi saya ingin mempertahankan agar anak-anak saya tetap mendapat pendidikan Islam. Saya tidak memasukkan anak-anak saya ke nihon no gakko (Sekolah Jepang). Saya biarkan anak saya hanya belajar di Masjid dan menghafal Quran, karena saya ingin dia benar-benar fokus menghafal Quran dan tidak memiliki pikiran lain selain menghafal Quran. Lalu orang-orang di sekitarku bertanya "kenapa tidak dimasukkan saja ke sekolah Jepang sambil menghafal Quran, jadi dia nanti bisa pintar keduanya?". Saya yakin pada Allah, bahwa ketika seseorang sudah bisa menghafal Quran, maka dia akan mampu menguasai semua bidang. Lalu Ayah Alayen berkata dengan bangga, "Sekarang anak saya bisa melanjutkan sekolah langsung naik kelas 5 SD melalui test di sekolah, dan kini dia bisa berbahasa 4 bahasa dengan baik, Inggris, Jepang, Arab, dan pastinya bahasa Urdu."

Sekarang mata saya terbuka, sebelum belajar apapun, manusia itu harus belajar Quran. Dan yakinlah,  orang-orang yang mempelajari dan mengajar Quran akan mendapat derajat yang lebih tinggi. Semoga, kita juga bisa menjadi penghafal Quran.

Penulis
Nurul Septiani, SKM
Kontributor Islamedia Dakwah Mancanegara
 
Sumber: http://www.islamedia.web.id/2011/02/mengenal-sosok-penghafal-quran-cilik-di.html

Thursday, March 3, 2011

BOCAH YANG MEMBERI HIDAYAH AYAHNYA

     Pada suatu hari, bocah kelas 3 SD sedang berada dikelasnya. Pada salah satu mata pelajaran, gurunya berbicara tentang shalat Shubuh, dengan gaya bicara yang membuat bocah-bocah kecil itu merasa terenyuh. Sanga Guru berbicara tentang keutamaan dan pentingnya Shalat Subuh. Si bocah itu mendengarkannya hingga membuatnya terkesan. Karena, ia dan keluarganya belum pernah melaksanakan shalat shubuh berjamaah
.
      Ketika bocah itu pulang kerumah, ia pun berpikir bagaimana caranya agar ia bias bangun untuk melaksanakan shalat shubuh besok. Ia tidak menemukan solusi selain harus tetap terjaga sepanjang malam, sehingga ia bias melaksanakan shalat shubuh. Dan ia benar-benar melaksanakan apa yang ia pikirkan tersebut.

      Tatkala mendengar suara azan, kuncup bunga ini langsung bergerak untuk melaksanakan shalat. Akan tetapi muncul masalah lain di depan sang bocah. Letak mesjidnya jauh dan ia tidak bias pergi sendirian. Bocah itu menangis dan hanya duduk didepan pintu. Tapi, tiba-tiba ia mendengar suara ketukan sandal di jalan. Ia membuka pintu dan bergegas keluar. Ternyata ada seorang lelaki tua sedang berjalan gontai menuju mesjid. Ia memandangi lelaki itu, dan ia mengenalnya. Lelaki itu adalah kakek temannya Ahmad, anak tetangga.

     Bocah itu menyelinap secara sembunyi-sembunyi dan berjalan dengan tenang di belakang si kakek tua, agar tidak merasakan kehadirannya lalu melaporkannya kepada keluarganya dan kemudian mereka pasti akan menghukumnya. Keadaan itu berlangsung cukup lama. Namun, kehidupan tidak berjalan linear dan keadaan pastilah berubah. Kakek tua itu meninggal dunia. Sang bocah mengetahui hal itu dan langsung linglung. Ia menangis tersedu-sedu. Ayahnya merasa heran dan bertantanya kepada: “Anakku, kenapa kamu menangis seperti itu? Dia ( kakek itu) bukan teman sebayamu yang bias bermain denganmu dan bukan keluargamu sehingga kamu kehilangan dia di rumah.

     Bocah itu memandangi ayahnya dengan mata berkaca-kaca dan sorot mata yang sedih. “Seandainya yang mati itu engkau dan bukan dia” katanya. Sang ayah tersentak kaget dan menjadi susah bernafas. Mengapa anaknya berkata seperti itu kepadanya dengan cara yang seperti itu, dan mengapa ia menyukai kakek itu? “Aku kehilangan dia bukan karena itu dan bukan pula karena apa yang kau katakana,” kata bocah itu. “Jadi, karena apa” Tanya sang ayah keheranan. “Karena shalat. Yak arena shalat,” jawab anak itu.

     Ia terus berbicara sambil menelan kesedihannya, “Mengapa ayah tidak shalat shubuh? Mengapa ayah tidak seperti kakek itu. Dan seperti banyak orang lainya yang kulihat?” “Dimana kamu melihat mereka?” Tanya sang ayah. “di mesjid,”jawabnya. “Bagaimana?” Tanya sang ayah. Lalu ia pun menceritakan kisahnya kepada ayahnya. Sang ayah merasa tersentuh dengan cerita anaknya. Kulitnya merinding, dan air matanya hampir jatuh, lalu ia memeluk anaknya. Sejak hari ituia tidak pernah meninggalkan shalat apapun di mesjid.

Sumber: Mausu’atul qashashal mu’atsirah, Ahmad Salim Baduwailan.
                 


Seorang Tukang Becak Yang Luar Biasa

Mungkin ini adalah cerita lama. tapi saya tertarik ingin mengulasnya lagi mengingat sudah berkurangnya rasa solidaritas pada bangsa ini.Kalau orang kaya mau menyumbangkan hartanya tentu itu bukan suatu keajaiban. Tapi kalau orang miskin mau menyumbangkan hartanya berbagi dangan yang lain itu sangat mengetuk hati kita. Berikut ini kisang seorang Bai fang Li, seorang tukang becak miskin yang menyumbang seluruh hartanya untuk anak-anak miskin.

BAI FANG LI adalah seorang tukang becak. Seluruh hidupnya dihabiskankan di atas sadel becaknya, mengayuh dan mengayuh untuk memberi jasanya kepada orang yang naik becaknya. Mengantarkan kemana saja pelanggannya menginginkannya, dengan imbalan uang sekedarnya.



Tubuhnya tidaklah perkasa. Perawakannya malah tergolong kecil untuk ukuran becaknya atau orang-orang yang menggunakan jasanya. Tetapi semangatnya luar biasa untuk bekerja. Mulai jam enam pagi setelah melakukan rutinitasnya untuk bersekutu dengan Tuhan. Dia melalang dijalanan, di atas becaknya untuk mengantar para pelanggannya. Dan ia akan mengakhiri kerja kerasnya setelah jam delapan malam.

Para pelanggannya sangat menyukai Bai Fang Li, karena ia pribadi yang ramah dan senyum tak pernah lekang dari wajahnya. Dan ia tak pernah mematok berapa orang harus membayar jasanya. Namun karena kebaikan hatinya itu, banyak orang yang menggunakan jasanya membayar lebih. Mungkin karena tidak tega, melihat bagaimana tubuh yang kecil malah tergolong ringkih itu dengan nafas yang ngos-ngosan (apalagi kalau jalanan mulai menanjak) dan keringat bercucuran berusaha mengayuh becak tuanya.

Bai Fang Li tinggal disebuah gubuk reot yang nyaris sudah mau rubuh, di daerah yang tergolong kumuh, bersama dengan banyak tukang becak, para penjual asongan dan pemulung lainnya. Gubuk itupun bukan miliknya, karena ia menyewanya secara harian. Perlengkapan di gubuk itu sangat sederhana. Hanya ada sebuah tikar tua yang telah robek-robek dipojok-pojoknya, tempat dimana ia biasa merebahkan tubuh penatnya setelah sepanjang hari mengayuh becak.




Hatinya sangat tersentuh ketika suatu ketika ia baru beristirahat setelah mengantar seorang pelanggannya. Ia menyaksikan seorang anak lelaki kurus berusia sekitar 6 tahun yang yang tengah menawarkan jasa untuk mengangkat barang seorang ibu yang baru berbelanja. Tubuh kecil itu nampak sempoyongan mengendong beban berat dipundaknya, namun terus dengan semangat melakukan tugasnya. Dan dengan kegembiraan yang sangat jelas terpancar dimukanya, ia menyambut upah beberapa uang recehan yang diberikan oleh ibu itu, dan dengan wajah menengadah ke langit bocah itu berguman, mungkin ia mengucapkan syukur pada Tuhan untuk rezeki yang diperolehnya hari itu.

Beberapa kali ia perhatikan anak lelaki kecil itu menolong ibu-ibu yang berbelanja, dan menerima upah uang recehan. Kemudian ia lihat anak itu beranjak ketempat sampah, mengais-ngais sampah, dan waktu menemukan sepotong roti kecil yang kotor, ia bersihkan kotoran itu, dan memasukkan roti itu kemulutnya, menikmatinya dengan nikmat seolah itu makanan dari surga.

Hati Bai Fang Li tercekat melihat itu, ia hampiri anak lelaki itu, dan berbagi makanannya dengan anak lelaki itu. Ia heran, mengapa anak itu tak membeli makanan untuk dirinya, padahal uang yang diperolehnya cukup banyak, dan tak akan habis bila hanya untuk sekedar membeli makanan sederhana.

“Uang yang saya dapat untuk makan adik-adik saya….” jawab anak itu.

“Orang tuamu dimana…?” tanya Bai Fang Li.

“Saya tidak tahu…., ayah ibu saya pemulung…. Tapi sejak sebulan lalu setelah mereka pergi memulung, mereka tidak pernah pulang lagi. Saya harus bekerja untuk mencari makan untuk saya dan dua adik saya yang masih kecil…” sahut anak itu.

Bai Fang Li minta anak itu mengantarnya melihat ke dua adik anak lelaki bernama Wang Ming itu. Hati Bai Fang Li semakin merintih melihat kedua adik Wang Fing, dua anak perempuan kurus berumur 5 tahun dan 4 tahun. Kedua anak perempuan itu nampak menyedihkan sekali, kurus, kotor dengan pakaian yang compang camping.

Bai Fang Li tidak menyalahkan kalau tetangga ketiga anak itu tidak terlalu perduli dengan situasi dan keadaan ketiga anak kecil yang tidak berdaya itu, karena memang mereka juga terbelit dalam kemiskinan yang sangat parah, jangankan untuk mengurus orang lain, mengurus diri mereka sendiri dan keluarga mereka saja mereka kesulitan.

Bai Fang Li kemudian membawa ke tiga anak itu ke Yayasan yang biasa menampung anak yatim piatu miskin di Tianjin. Pada pengurus yayasan itu Bai Fang Li mengatakan bahwa ia setiap hari akan mengantarkan semua penghasilannya untuk membantu anak-anak miskin itu agar mereka mendapatkan makanan dan minuman yang layak dan mendapatkan perawatan dan pendidikan yang layak.

Sejak saat itulah Bai Fang Li menghabiskan waktunya dengan mengayuh becaknya mulai jam 6 pagi sampai jam delapan malam dengan penuh semangat untuk mendapatkan uang. Dan seluruh uang penghasilannya setelah dipotong sewa gubuknya dan pembeli dua potong kue kismis untuk makan siangnya dan sepotong kecil daging dan sebutir telur untuk makan malamnya, seluruhnya ia sumbangkan ke Yayasan yatim piatu itu. Untuk sahabat-sahabat kecilnya yang kekurangan.

Ia merasa sangat bahagia sekali melakukan semua itu, ditengah kesederhanaan dan keterbatasan dirinya. Merupakan kemewahan luar biasa bila ia beruntung mendapatkan pakaian rombeng yang masih cukup layak untuk dikenakan di tempat pembuangan sampah. Hanya perlu menjahit sedikit yang tergoyak dengan kain yang berbeda warna. Mhmmm… tapi masih cukup bagus… gumannya senang.

Bai Fang Li mengayuh becak tuanya selama 365 hari setahun, tanpa perduli dengan cuaca yang silih berganti, ditengah badai salju turun yang membekukan tubuhnya atau dalam panas matahari yang sangat menyengat membakar tubuh kurusnya.

“Tidak apa-apa saya menderita, yang penting biarlah anak-anak yang miskin itu dapat makanan yang layak dan dapat bersekolah. Dan saya bahagia melakukan semua ini…,” katanya bila orang-orang menanyakan mengapa ia mau berkorban demikian besar untuk orang lain tanpa perduli dengan dirinya sendiri.

Hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun, sehingga hampir 20 tahun Bai Fang Li menggenjot becaknya demi memperoleh uang untuk menambah donasinya pada yayasan yatim piatu di Tianjin itu. Saat berusia 90 tahun, dia mengantarkan tabungan terakhirnya sebesar RMB 500 (sekitar 650 ribu rupiah) yang disimpannya dengan rapih dalam suatu kotak dan menyerahkannnya ke sekolah Yao Hua.




Bai Fang Li berkata, “Saya sudah tidak dapat mengayuh becak lagi. Saya tidak dapat menyumbang lagi. Ini mungkin uang terakhir yang dapat saya sumbangkan……” katanya dengan sendu. Semua guru di sekolah itu menangis……..


Bai Fang Li wafat pada usia 93 tahun, ia meninggal dalam kemiskinan. Sekalipun begitu, dia telah menyumbangkan disepanjang hidupnya uang sebesar RMB 350.000 ( setara 470 juta rupiah) yang dia berikan kepada Yayasan yatim piatu dan sekolah-sekolah di Tianjin untuk menolong kurang lebih 300 anak-anak miskin.

Foto terakhir yang orang punya mengenai dirinya adalah sebuah foto dirinya yang bertuliskan ” Sebuah Cinta yang istimewa untuk seseorang yang luar biasa”.

Sumber: http://forum.vivanews.com/showthread.php?t=77991