Pagi itu amirah berangkat menuju ibu kota. Dia mencoba mengadu nasib dari keterhimpitan ekonomi orang tuanya walau pun orang tuanya serta kekasihnya melarang untuk pergi. keputusannya sudah bulat. Disisi lain, amirah juga bermaksud untuk mengurangi beban orang tuanya. Bahkan diusianya yang masih belia, dia juga rela berhenti sekolah. Semua itu dilakukannya semata-mata untuk tidak menyusahkan orang tua.
Sesampainya di ibu kota, amirah disambut oleh temannya. Amirah juga dicarikan pekerjaan oleh temannya ini. Disana amirah ditempatkan disebuah rumah makan sebagai pelayan. Walau pun dengan gaji awal yang terbilang pas-pasan, namun amirah menekuni pekerjaan itu dengan sungguh-sungguh.
Beberapa hari bekerja, amirah sudah mendapatkan pujian dari pelanggan. Sebut saja namanya om pimpa. Seorang pengusaha sukses yang selalu menyempatkan diri makan siang disana. Bukan hanya pujian yang didapat amirah dari om pimpa, amirah juga mendapatkan bonus gede dari om pimpa setiap amirah melayani om pimpa. Tentu saja semua itu ada maksud lainnya yang tak lain dan tak bukan adalah ketertarikannya pada gadis belia seperti amirah. Begitu pula dengan amirah yang lama kelamaan akhirnya dibutakan oleh uang.
Singkat cerita.
Om pimpa tak segan-segan lagi mengajak amirah untuk diajak keluar setelah usai jam kerja. Amirah juga sering diantar jemput sama om pimpa. Dan begitulah amirah dimanjakan oleh om pimpa. Segala keinginan amirah pun selalu dikabulkan oleh om pimpa.
Suatu hari, om pimpa mengajak gadis belia ini untuk menginap dihotel. Karna uang yang berbicara, amirah pun menurutinya. Kini amirah sudah menjadi wanita simpanannya om pimpa. Hingga beberapa bulan kemudian amirah pun hamil setelah perkimpoyannya dengan om pimpa. Tapi sayangnya om pimpa tidak mau bertanggung jawab.
BUNGA LAYU KUMBANG PUN PERGI.
Amirah tidak mau menanggung malu. Janin yang ada didalam kandungannya itu pun digugurkan. Namun usahanya sia-sia. Janin tersebut tidak mau keluar dengan cara biasa. Yang ada malah tubuh amirah kejang-kejang ketika proses aborsi dilakukan. Itu dikarenakan tekanan darahnya naik drastis tiba-tiba. Dan terpaksa harus dirawat dirumah sakit.
Hari demi hari, janin yang ada didalam kandungannya tumbuh dalam kondisi lemah. Detak jantung sang janin sangat lemah dan hampir tidak terdeteksi oleh alat detektor jantung janin. Dokter juga bilang, terlalu riskan jika anak ini lahir walau pun melalui operasi sesar.
Kini kondisi tubuh amirah mulai melemah. Kandungannya sudah memasuki bulan ke 6. Disisi lain keuangannya sudah menipis. Akhirnya amirah memutuskan untuk pulang kampun. Namun kedua orang tuanya tidak mau menerima keadaan ini. Amirah diusir dari rumah itu. Satu-satunya keluarga yang mau menerimanya hanyalah neneknya. Dirumah neneknya lah amirah menunggu hari. Hari demi hari dihabiskannya dengan beribadah kepada tuhan serta meminta ampunan yang tak henti-hentinya dipanjatkan seusai beribadah.
Memasuki 9 bulan usia kandungan.
Amirah terbangun dipagi buta. Perutnya melilit hebat. Tidak seperti biasanya. Rata-rata ibu yang akan melahirkan biasanya merasakan sakit perut beberapa menit sekali sebelum melahirkan. Tapi yang dirasakan amirah mules yang tak berhenti-henti. Neneknya langsung mengabarkan pada kerabat terdekat termasuk orang tua amirah. Itu juga dengan paksaan yang akhirnya kedua orang tua amirah pun mau menemui anaknya.
Dirumah nenek semua kerabat serta tetangga, ustadz dan bidan berkumpul. Pada waktu itulah amirah menyembah sujud meminta maaf kepada kedua orang tuanya. Amirah pun membasuh kedua kaki orang tuanya meminta keridhoan orang tuanya. Ini membuat kedua hati orang tuanya terenyuh melihat putrinya yang sedang bergelut dengan maut.
Tanpa mengulur waktu lagi, bidan yang akan menangani persalinan ini segera mempersiapkan segala keperluan. Amirah disuruh masuk kekamar dengan ditemani orang tuanya. Namun masih ada yang kurang. Bidan pun menanyakan suami amirah. Tak ada satu pun yang menjawab. Disaat yang bersamaan, Talib kekasih amirah dulu datang.
“saya yang akan jadi suaminya.” ujar talip sambil berjalan kearah orang tua amirah.
“izinkan aku untuk menikahi anak bapak saat ini juga. Saya janji akan menjadi suami yang baik buat amiran dan juga ayah yang baik buat anak yang ada didalam kandungannya.” ujar Talib.
Pada saat itulah ijab qabul berlangsung dihadapan amirah yang sedang berusaha melahirkan anaknya.
Setelah ijab qabul selesai, Talib langsung mencium kening amirah dan di iringi dengan hembusan nafas terakhir amirah.
like, comment ,bagikan :)
No comments:
Post a Comment