Friday, April 8, 2011

Buta Mata, Tapi tak Buta Al-Qur’an (Ghulam, Kami Pantas Iri Padamu)

Sebut saja ia dengan nama “Ghulam”. Salah seorang temanku yang diuji oleh Allah dengan satu kekurangan, ia buta. Tapi dibalik kekurangan itu terdapat begitu banyak kelebihan yang ada pada dirinya. Itulah hikmah dan kehendak Allah yang tidak seorangpun bias lepas dari kehendak-Nya.
Dengan segala keterbatasan yang ada pada dirinya, ia tetap tegar dan gagah dalam menjalani hidup ini. Ia tidak minder apalagi rendah diri dengan keadaannya. Suatu hari kebetulan kelas kami mengadakan acara mendaki gunung. Diluar dugaan kami, Ghulam menyatakan diri untuk tetap ikut. Bersama teman-temannya dahulu, ternyata ia telah menaklukkan dua gunung. Subhanallah....dengan keadaannya yang seperti itu ia melewati medan yang tidak hanya terjal, tetapi juga sempit karena berupa jalan setapak dengan jurang yang dalam di kanan-kirinya. Meski kadang harus tersandung, tergelincir, terperosok dan terjungkal namun itulah konsekwensi yang memang dengan sadar ia ambil, bahkan itu hal biasa bagi dia. Andai ia tidak ikut pun teman-teman pasti bisa memakluminya. Tetapi dengan azzamnya yang begitu kuat, ia telah mampu menaklukan gunung yang tinggi menjulang.

Satu obsesinya yang lain adalah ia ingin menjadi hafidzul qur’an, hafal Al-Qur’an 30 juz. Keinginan itu telah tertanam dalam sanubarinya sejak lama bak akar tunggang yang menancapa kuat ke tanah. Sebuah obsesi yang sangat mulia yang tidak semua orang memilikinya. Walaupun indra penglihatannya tidak berfungsi, jari-jemarinya ditambah mata batinnya seringkali lebih tajam dan peka daripada kita yang sempurna secara fisik. Hari-harinya diisi dengan meraba ayat-ayat al Qur’an Al Karim dalam bentuk Braille. Ayat demi ayat ia hafalkan, terkadang ia meminta bantuan teman untuk membacakan satu ayat kemudian ia hafalkan. Putus asa..? Kiranya kata itu tidak ada dalam kamus hidupnya. Bahkan keluh kesah pun tidak pernah terucap dari lisannya. Syukur dan sabar adlah kendaraan pribadinya yang salalu ia bawa kemana pun ia pergi. Dia sadar kalau hidup ini hanya sementara, maka seluruh apa yang dimilikinya akan dipersembahkan untuk Ilahi Rabbi, apapun konsekuensinya.

Akhirnya dengan mujahadah yang tak kenal lelah serta tawakal kepada Allah, kurang lebih 2,5 tahun lamanya, cita-cita mulia tersebut menjadi sebuah kenyataan. Ia menjadi hafidz al Qur’an, hafal 30 juz. Sungguh harapannya bukanlah angan semata. Benar-benar sebuah azzam yang sangat kuat hingga melahirkan iradah yang menghailkan buah amal untuk kemudian mampu mewujudkan sebuah impian besar. Ghulam..pantaslah kiranya jika kami iri pada kuatnya azzammu, gigihnya usahamu dan mujahadahnu yang tak kenal lelah.

Umar Abdurrahman (nama hijrah), Solo

Sumber: Majalah Ar-Risalah Edisi 69 Th.VI 1428 H



No comments:

Post a Comment