Sunday, August 8, 2010

Aku Potret Rindu Yang Bertunas

Harus jujur kuakui, sulit bagiku tuk definisikan kata rindu. Namun kuserahkan saja jemariku menari untuk menyulam beberapa kalimat agar mengungkapkan apa yang kuketahui tentang rindu itu sendiri.

Siapapun berhak memberikan pandangan tentang rindu. Aku berpikir, kata rindu itu sendiri bersifat umum. Dan akan benar-benar bermakna serta bersifat khusus sekiranya disertai obyek yang dirindu. Obyek tersebut bisa nyata ataupun abstrak tergantung subyek atau sosok yang sedang merindu.

Tak salah pula sekiranya kututurkan bahwa rindu adalah sebuah kata kerja bagi hati. Ia bukanlah kata kerja bagi anggota badan yang walaupun anggota badan kerap kali tergerak untuk melakukan sesuatu sebagai respon dari rindu itu sendiri..

Rasanya sulit jua bagiku memandang rindu sebagai sebuah “penyakit”. Namun begitu, tak mudah pula kupandang rindu sebagai reaksi jiwa yang “sehat”. Bagaimana tak kuucap demikian, cobalah engkau rasakan atau bisa jadi detik ini sedang engkau rasakan letupan-letupan rindu yang bergejolak.


>>Percikan Rindu Di Sudut Hati..

Awalnya, rindu mungkin masih tak “liar” dan sedang terlelap nyenyak di sudut ruang hati. Seiring detik berdetak, pemiliknya sering tak tersadar, angin sejuk dari manakah yang jadikan rindu itu terbangun. Tak pula diketahui, mimpi manakah yang jadikan rindu itu tiba-tiba terjaga.

Seiring waktu pula, rindu semakin bereaksi dan “mengamuk” serta berkecamuk hebat di hati. Pada saat yang sama, terbisiklah telinga untuk segera mendengar hal-hal yang rindu inginkan. Tersapalah lidah untuk berbicara. Terayulah mata untuk memandang. Tergodalah jiwa tuk rasakan hal-hal yang ingin dikenang.


>>Obati Rindu. .

Saat-saat seperti itulah kukatakan rindu sebagai “penyakit”. Walau tak bersifat medis, ia pula terkadang timbulkan gejala-gejala lain yang menyebabkan si empunya terbaring sakit. Karena itu, sudah seharusnya rindu itu diobati. Dan hanya perjumpaanlah yang menjadi penawar sekaligus obat utamanya.


Potret-potret Rindu

Ada banyak potret-potret kerinduan yang bertaburan dalam kehidupan. Siapa yang tak pernah merindu, bisa dipastikan tak ada cinta yang ia semburatkan karena rindu tumbuh seiring suburnya tunas-tunas cinta.

***

Dulu, ketika engkau bayi dan ditinggal sebentar sang ibu, tangisanmu langsung meledak dan serpihannya menusuk hati sang ibu. Terkumpul bermacam rindu darimu untuk ibu. Kau rindukan air susunya. Kau rindukan pelukan hangatnya. Kau rindukan suaranya. Kau rindukan belaian sayangnya.



Begitu pun sang ibu, pada saat yang sama, ia rindukan imut wajahmu. Ia rindukan candaanmu. Ia rindukan segalanya yang ada padamu.

***

Mari sejenak intip sang ayah yang sedang bekerja seharian di luar rumah. Di tengah fokusnya menyelesaikan tugas, rindu pun datang bertandang. Ia rindukan anak dan istri di rumah. Ia rindukan canda si kecil di beranda. Ia rindukan sentuhan lembut kekasih hati. Ia rindukan racikan masakan kesukaan yang selalu terhidang. Hati begitu ingin cepat pulang.



***

Seorang wanita pun begitu sensitif disapa oleh rindu. Karena tak tundukan pandangan atau tak menjaga etika syari bermu’amalah, wajah seorang laki-laki pun berhasil terekam melalui mata kemudian ditransfer dan tersimpan dalam pikirannya. Lelaki itu miliki titik-titik pesona dan mampu ditangkap sang wanita.

Itulah yang menjadikan sang wanita terbalut rindu penuh harap dalam alam lamunannya. rindu menjadikan telaga air matanya bergelombang riuh hingga terbulir bening bak kristal menyusuri pipi.



***

Terlebih lagi bagi mereka baik laki-laki maupun wanita yang diberikan hidayah oleh Allah untuk lepas dari hubungan tak jelas dan haram yang bernama pacaran. Datanglah rindu mencandai dua insan itu. Mereka kenang masa-masa “indah” yang telah berlalu. Syaitan pun beraksi untuk mengikis hidayah yang telah mereka raih. Ujung-ujungnya, kembali mereka jalin jalinan hingga dosa-dosa maksiat kembali tertabung.



***

Dan beberapa hari lagi, salah satu kerinduan orang-orang beriman akan terobati dengan datangnya bulan Ramadhan. Tamu agung yang dinanti-nanti. Di bulan itulah orang-orang beriman menabung limpahan pahala dengan memperbaiki kualitas dan kuantitas amal. Mendekati hari pertama puasa, rindu mereka memuncak. Sebelas bulan sudah berlalu dan pada saat itu mereka rindukan nikmatnya beribadah, mereka rindukan suasana berbuka puasa, mereka rindukan suasana sahur penuh berkah, dan pula, mereka rindukan tetesan-tetesan air mata kala berdoa dan bersujud di hadapan ar-rahman. ..

Aku Rindu Padamu...

Tiga perkataan yang selalu diucapkan apabila kita teringat pada seseorang terutama kepada insan yang sangat disayangi. Apakah yang dimaksudkan rindu itu.

Rindu menurut para ulama ialah sesuatu perkara yang berlaku kerana terlalu mencintai seseorang. Maka terkadang rindu dibaluti dengan sikap berjaga-jaga. Terkadang ada juga yang terlalu berlebih-lebihan dalam mengungkapkan kalimah rindu sehingga melangkaui batas yang diletakkan oleh Syarak.

Bukanlah semua rindu itu sesuatu yang tidak baik dan menjijikkan. Kerana rindu yang dihiasi dengan iman dan taqwa akan menatijahkan sesuatu yang terbaik bagi sang perindu. Rindu seperti yang kita ketahui, merupakan perkara yang berlaku selepas hadirnya cinta. Maksudnya, bila cinta mekar maka rindu akan hadir secara tidak langsung. Rindu juga adalah merupakan amalan hati yang mana manusia tiada kuasa untuk menghalangnya.

Menurut Syeikh al-Qadhi Muhammad Ahmad Kan’an , seorang perindu yang benar-benar menjaga dan menyembunyikan perasaan tersebut daripada pengetahuan orang lain akan mendapat pahala dan ganjaran di atas mujahadah yang dilakukannya. Bahkan al-Imam Tahtawi radhiyallahu anhu menyebutkan di dalam hasyiyah Muraqi al-Falah (kitab fiqh Mazhab Abu Hanifah) , beliau menukilkan perkataan daripada al-Imam Suyuti radhiyallahu anhu :

“ Orang yang menyembunyikan perasaan rindu sebegini kepada seseorang yang dirinduinya maka jika dia mati dalam keadaan tersebut akan mendapat ganjaran seumpama golongan Syahid akhirat”.

Jika kita memahami sebenar-benarnya maksud yang diterangkan oleh ulama, maka kita akan merasa tenang hati. Masih ramai yang tidak memahami maksud rindu dan cinta. Malah sehingga menganggap jika seseorang mencintai seseorang yang lain maka sebenarnya dia telah melakukan sesuatu yang dicegah oleh syarak. Fahaman sebegini perlulah diperbetulkan.

"Kesalahannya bukan pada sifat cinta tersebut, yang menjadi kesalahannya ialah bagaimana orang yang punya perasaan cinta itu menunjukkan kecintaannya dan kerinduannya."

Islam adalah agama fitrah. Cinta dan rindu adalah fitrah seorang insan. Islam datang untuk menunjukkan cara sebenar mengendalikan cinta dan rindu. Bukannya menafikan rindu dan cinta itu hadir dalam kehidupan seseorang. Perbuatan orang yang bercinta itu yang perlu dipersoalkan kerana mendahulukan nafsu daripada iman yang terdapat dalam sanubari mereka. Jangan terlalu membenci cinta. Sudah banyak saya perhatikan orang yang menentang cinta yang hadir dalam dirinya dengan tentangan yang padu, akhirnya dia sendiri tersungkur dan menjadi orang yang lebih teruk daripada orang yang tidak membenci cinta sepertinya.

"Saya menulis sebegini bukan untuk mengalakkan pasangan untuk bercinta. Bukan itu tujuan saya. Tujuan saya biarlah orang benar-benar faham apa itu cinta yang dimaksudkan oleh syarak.Apa itu rindu yang sebenar. Cinta dan rindu bukan hanya tertumpu pada lelaki dan wanita. Jika difahami sedemikian maka terlalu sempit pemahamannya. Cinta dan rindu itu umum."

Tanpa cinta maka kita akan berbalah tanpa meletakkan sedikit kecintaan pada sahabat seagama kita. Tanpa cinta maka kita tidak akan memandang seseorang yang berbeza pendapat dengan kita dengan pandangan yang mulia. Tanpa cinta semua akan jadi pincang. Ini hikmahnya Allah taala ciptakan cinta dan rindu. Bukan untuk disalah gunakan. Tapi untuk dimanfaatkan sebaiknya.

***

NB:

Tulisan diatas hanya sedikit memotret kerinduanl ~DI PENGHUJUNG RINDU KAN KITA BERTEMU~.===amiiieenn!!!

No comments:

Post a Comment