Friday, February 11, 2011

10 BERSAUDARA BINTANG AL-QUR’AN (Kisah Nyata Membesarkan Anak Menjadi Hafiz Al-Qur’an dan Berprestasi)


       
   

Diceritakan dalam buku yang berjudul “Sepuluh Bersaudara Bintang Al-Qur’an”, karya Izzatul Jannah & Irfan Hidayatullah, adalah pasangan Ibu Wirianingsih dan Pak Mutamimul ‘Ula yang mampu melahirkan dan mencetak genarasi unggul yaitu genarasi Qur’ani yang berinteraksi dengan al-quran secara intensif dan dan menjadikan Al-qur’an sebagai basis dan ilmu pertama anak-anak mereka sebelum mereka berinteraksi dengan ilmu-ilmu lainnya.Kedua pasangan ini mengukir azam dan melukis tekad yang kuat untuk menjadikan keluarga mereka sebagai bagian dari “penjaga” Al-Qur’an yaitu dengan menghafalnya dan mewarnai seluruh kehidupan mereka dengan Al-Qur’an. Ditengah tontonan dan arus informasi yang serba egosentris dan hedonis seperti sekarang ini, keluarga ini mampu mengukir cita-cita mulia, dan membuktikan bahwa Al-qur’an adalah solusi segala problema hidup, bisa mendidik genarasi mencintai dan beinteraksi secara intensif dengan Al-Qur’an.
     Kedua pasangan suami istri ini adalah pasangan yang kesehariannya jarang sekali dirumah mendampingi anak-anak mereka yang jumlahnya sepuluh, karena saking sibuk dan padatnya jadwal meraka untuk berdakwah dan menunaikan tugas-tugas untuk membina umat.Yang satu adalah adalah pemimpin tertinggi salah satu organisasi muslimah yang cabangnya meliputi 150 kota di Indonesia, sementara yang satu adalah anggota DPR-RI. Namun demikian, ditengah kesibukan kesehariannya, mereka berdua mampu melahirkan dan membina anak-anak mereka bak bintang-bintang yang cemerlang. Sebagian besar dari kesepuluh anaknya hafal Al-qur’an. Lebih dari itu anak-anak tersebut berprestasi luar biasa didunia akademisnya.
     Pasangan ini mengubah cara pandang mengenai prestasi, dimana orang hanya bangga dan mementingkan akan prestasi akademis (prestasi dunia ) saja, namun bagi pasangan ini adalah bagaimana menanamkan akan pentingnya prestasi ukhrawi (salah satunya hafal Al-Qur’an) bagi anak- anak meraka disamping juga prestasi duniawinya. Meraka mendidik anak meraka berdasarkan keyakinan akan janji Allah untuk memiliki prestasi ukhrawi kemudian akan membuahkan prestasi duniawi berupa kecerdasan dan kesuksesan akademis. Itulah yang terjadi pada keluarga Mutamimul ‘Ula dan Wirianingsih. Keyakinan kuat akan keutamaan menghafal Al-Qur’an telah mendorong kesepuluh putra-putrinya tumbuh menjadi penghafal Al-Qur’an yang tidak hanya mampu melafazkan Al-Qur’an, tetapi juga memiliki prestasi kademis yang membanggakan.

-Afzalurahman putra pertama, hafal Al-Qur’an 30 juz pada usia 13 tahun, bisa membaca dan mulai menghafal Al-qur’an pada usia 5 tahun. Lahir pada 23 April 1986, tercatat sebagai mahasiswa ITB Bandung, fakultas teknik pertambangan dan Perminyakan, jurusan Teknik Geofisika.Ketua Pembina Majelis Taklim Salman ITB dan terpilih sebagai peserta Pertamina Youth Programe 2007. Prestasi yang pernah diraih: Peringkat I di kelas ( SDIT), perwira brigade terbaik SDIT (1998), Ketua PMR/Paskibra MTs (1999), Ketua Osis Mts (2000), Peringkat I ( kelas 1 dan 2 se-MTs), Juara Nasyid pelajar se-Solo (2003).

-Faris Jihady Hanifa putra kedua,lahir tahun 1987. Hafal Al-Qur’an 30 juz pada usia 10 tahun tahun dengan predikiet mumtaz dalam rentang 2 tahun 10 bulan.- saat tulisan ini ditulis usianya 21 tahun dan duduk semester tujuh Fakultas Syari’at LIPIA- Torehan prestasi yang pernah diraihnya adalah; Peraih juara 1 lomba tahfiz Al-qur’an yang diselenggarakan oleh kerajaan Arab Saudi di Jakarta tahun 2003, menjadi imam shalat taraweh di pesantren pada usia 12 tahun, juara olimpiade IPS tingkat SMA yang diselengggrakan UNJ tahun 2004, Ketua OSIS MA Al Hikmah tahun 2003,dikampus ia menjadi Sekum KAMMI Jakarta.

-Putri ketiganya Maryam Qanitat , hafal Al-Qur’an 30 juz pada usia 16 tahun , lahir tahun 1988. Kuliah di jurusan Hadis Fakultas Ushuludin Universitas Al Azhar Kairo, mendapatkan sanad Rasullullah dari Syeikh Al Azhar.Pelajar teladan dan lulusan terbaik Pesantren Husnul Khatimah tahun 2006.

- Afifah putri keempat, yang tercatat sebagai mahasiswa Fakultas hukum UI.Dia menyelesaikan hafalan 29 juz saat lulus SMA. Preatasinya yaitu juara III lomba murottal Qur’an tingkat SMA se Jakarta selatan (2004) dan sebagai pelajar teladan SMPIT Al Hikmah 2004.

-Ahmad Rasikh ‘Ilmi anak kelima, kelahiran tahun 1991. Mulai menghafal usia 5 tahun jumlah juz yang dihafal 15 juz. Prestasi yang diperoleh , pelajar teladan SDIT Al-Hikmah 2000, Lulusan terbaik SMPIT Al Kahfi 2006, juara I Kompetisi English Club Al Kahfi 2003. Musyrif Bahasa Arab MA husnul Khatimah.

- Ismail Ghulam Alim anak keenam lahir tahun 1993, hafal 13 juz Al-Qur’an. Merupakan santri teladan, santri favorit, juara umum, tahfiz terbaik tiga tahun berturut-turut., juara sejumlah kompetisi seperti olimpiade, cerdas cermat, lomba pidato bahasa Arab dan pramuka.

- Yusuf Zaim hakim, anak ke -7,lahir tahun 1994, hafal 9 juz Al-Qur’an. Juara I di SDIT dan SMP, Finalis kompetisi fisika tingkat Kabupaten Bogor.

- Muhammad Syahihul Basyir, kelahiran Juanuari 1994. Yang istimewa adalah putra kedelapan ini.Waktu duduk di SDIT Al Hikamh, dia sempat berazam untuk memecahkan rekor hafal Al-Qur’an saat lulus SD. Pada saat itu, dia telah hafal Al-Qur’an 25 juz dan azzam itu tercapai, ia hafiz Al-Qur’an 30 juz.

-Hadi Sabila Rosyad dan Himmary Musyarah masing-masing anak ke-9 kelahiran 1997dan ke-10 kelahiran 1999, hafal Al-qur’an 2 juz.

Yang menjadi pertanyaan kita, bagaimana mereka bisa mendidik putra-putrinya untuk menghafal Al-Qur’an? Ternyata jawabannya sederha, tetapi memiliki makna dan perjuangan luar biasa.Keyakinan yang kuat dan kecintaan untuk kembali kepada kalamullah (Al-Qur’an) itu saja yang mendasari pasangan ini untuk membuat anak-anaknya menjadi penghafal Al-Qur’an. Keyakinan bahwa Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dilekatkan dalam hati dan jiwa putra-putrinya. Putra-putri mereka seluruhnya mengawali masa kanak-kanak mereka dengan bergaul secara intensif bersama Al-Qur’an. Pasangan ini secara sistematis telah merancang kurikulum berbasis Al-Qur’an bagi putra-putrinya. Untuk menuju dan mencapai cita-cita mulia tersebut tentu saja tidak mudah, tentu memerlukan ikhtiar yang tidak mudah, pasangan ini terutama sang Ibu, menemani, mendorong, menghibur, serta memotivasi kesepuluh putra-putri mereka untuk menghafal Al-Qur’an.
Maka dalam rangka merealisasikan cita-cita besar ini, pasangan ini berusaha membangun keluarga yang kokoh dan shalih. Ada visi dan aturan yang jelas yang diterapkan dalam keluarga meraka, dimana semua aturan itu tertulis dan wajib dilaksanakan oleh setiap anggota kelurga. Dalam masa-masa awal putra-putrinya menghafal, mereka tidak mempunyai Televisi dirumah, yang lebih banyak berisi tontotan yang tidak mendidik.Tidak ada gambar-gambar syubhat dirumah, tidak ada music-musik laghwi yang menyebabkan lalai kepada Allah dan diganti dengan nasyid islami. Keluarga ini melakukan pembiasaan dan menajemen waktu yang memanfaatkan waktu-waktu utama untuk menghafal dan berinteraksi dengan Al-Qur’an, dimana ada 2 dua waktu yang tidak boleh dilanggar dari program yang mereka tetapkan, yaitu waktu setelah shubuh dan setelah magrib, pada kedua waktu itu mereka membiasakan dan mengistiqamahkan agenda agar putra-putrinya mereka berinteraksi dengan Al-Qur’an selama 1 jam. Dan memanfaatkan masa emas untuk menghafal Al-Quran yaitu, masa kecil. Dalam sebuah kesempatan sang Ibu berkata, “Saya tidak melewatkan masa-masa penting usia emas perkembangan anak. Saya selalu berdoa setiap hari, setiap saat, dari anak kesatu sampai anak kesepuluh agar mereka menjadi generasi unggul.” Pada saat usia mereka masih balita, Ibunya senantiasa membaca Al-Qur’an dekat putra-putrinya, mengajarkan huruf demi huruf Al-Qur’an kepada meraka dengan metode belajar sambil bermain, satu hari satu huruf Al-Qur’an. Kedua pasangan ini menerapkan metode dan pendekatan yang berbeda untuk masing-masing putra-putri mereka. Ada yang dimasukkan pesantren Tahfiz, ada yang hanya menghafal dirumah dan Sekolah Islam Terpadu. Penguatan positif yang diterapkan pasangan suami istri ini adalah dengan memberi reward atau hadiah-hadiah kecil yang disukai masing-masing putra-putri mereka.
Demikianlah sepasang suami istri yang merajut asa dan menguklir azam dan tekad untuk menjadikan anak-anak meraka generasi pewaris dan penghafal Al-Qur’an. Meraka telah memulai, lalu bagaimana dengan kita, bagaimana dengan keluarga kita. Adakah dalam diri kita, bagian dari ayat-ayat Al-Qur’an yang terukir dan terpahat dalam Kalbu kita. Adakah Al-Qur’an dihati kita, atau sudahkah kita memprogram dan mencita-citakan untuk menghafal Al-Quran.?

 Ditulis ulang dan diringkas oleh:
Ahmad Bin Ismail Khan

 








Wednesday, February 9, 2011

AKU MAU MERUSAKNYA, JUSTRU DIA MENYELAMATKANKU

       Aku berusaha mengenang masa lalu untuk,melihat masa kecilku yang polos. Namun, aku juga berusaha lari dari kenangannya, agar aku tidak melihat penderitaan yang aku alami pada masa remajaku. Karena, tatkala usiaku menginjak 15 tahun, aku mengalami pertarungan yang paling dahsyat; pertarungan antara jalan kebaikan dan jalan keburukan. Tapi, sialnya aku justru memilih jalan keburukan. Maka setan pun memberiku selempang yang paling mahal baginya dan jadilah aku sebagai pengikut setianya. Namun tidak lama kemudian, aku belum puas, aku memberontaknya dan dia (setan) berbalik menjadi pengikutku. Aku mengambil jalan keburukan dan mereguk airnya yang pahit, bahkan lebih pahit daripada empedu. Dan demi Allah, tiada hari bagiku tanpa terlibat dalam aksi penghancuran ikatan norma-norma dan nilai-nilai yang luhur. Sampai akhirnya namaku menjadi simbol kejahatan dan kesesatan.
     
      Suatu ketika, perhatianku tertuju pada seorang gadis yang tinggal satu kampung denganku. Dia seringkali memandangiku dengan tatapan mata yang entah apa artinya. Tetapi bukan tatapan mata cinta dan sayang, kendati aku tidak mengenal arti cinta dan sayang karena ketika itu aku tidak punya hati. Pikiranku selalu dihantui oleh tatapan-tatapan yang sering menghentikan langkahku. Sehingga aku pun berhasrat untuk menggaet gadis tersebut. Sesaat kemudian aku mengambil sebuah puisi yang kata orang termasuk puisi cinta. Puisi itu aku kirimkan kepadanya melalui pintu rumahya. Tetapi, aku sama sekali tidak mendapatkan jawaban atau respon apapun darinya.
      
      Setelah kejadian itu aku dikuasai oleh niat jahatku, dan aku bertekad untuk menyesatkan gadis tersebut, suka atau tidak suka. Aku pun mulai menulis puisi tanpa menyebutkan namaku. Akhirnya, dia mendengar kabar itu, namun dia tidak mengambil tindakan apapun.Suatu malam aku pulang pada pukul 04.00 pagi. Aku termasuk orang yang bersembunyi di siang hari dan suka berkeliaran di malam hari. Tiba-tiba di depan pintu rumahku kutemukan sebuah buku tentang dzikir-dzikir Nabi . Mukaku langsung merah. Aku mengumpulkan semua keinginan jahat yang ada di dalam diriku, karena aku tahu bahwa pengirimnya adalah gadis itu. Dia telah menyatakan perang denganku. Ketika itu aku berpikir untuk menulis puisi tentang kisah cinta antara aku dan dia, lalu aku menyebarkannya dikampung kami. Itu berarti aku akan merusak kehormatannya.Aku duduk sambil menangkap ide-ide yang dihembuskan oleh setan kepadaku untuk menulis puisi itu. Setelah selesai menuliskannya aku langsung mengirimnya ke rumah gadis itu dengan sebuah ancaman; puisi itu akan aku sebarkan kepada seluruh kenalanya. Kurir pengantar puisiku datang kepadaku dengan membawa beberapa butir kurma dan mengatakan bahwa hari ini gadis itu berpuasa dan sedang menunggu saat-saat berbuka. "Dia mengirimkan kurma itu kepada anda sebagai hadiah atas puisi yang anda kirimkan kepadanya," ujarnya. "Dan dia juga mengatakan bahwa dia akan berdoa kepada Allah pada saat berbuka puasa agar anda mendapatkan hidayah," sambungnya. Aku langsung mengambil kurma itu dan membuangnya ke tanah. Mataku merah menyala dengan penuh rasa kejahatan, dan aku mengancamnya bahwa cepat atau lambat aku akan membalas kelakuanya. Aku tidak akan pernah membiarkannya berjalan di jalan kebaikan selama aku hidup. Dan aku pun mulai memburunya ketika dia berangkat ke masjid atau pulang dari masjid. Aku melontarkan kata-kata hinaan dan ejekan kepadanya. Gadis-gadis yang bersamanya pada saat itu hanya tertawa terbahak-bahak. Meskipun demikian, ejekan-ejekan tersebut tidak membuat dirinya terusik. Hari-hari berlalu dan aku merasa bahwa semua upayaku untuk menyesatkan gadis itu telah gagal. Dia masih mengirimkan buku-buku kecil tentang agama kepadaku. Dan setiap hari Senin dan Kamis (dia berpuasa), dia tetap mengirimkan kurma kepadaku. Seolah-olah bahasa tubuhnya mengatakan bahwa dia telah berhasil mengalahkan aku. Itulah anggapanku terhadap tindakan-tindakannya.
       
    Beberapa bulan kemudian aku pergi keluar negeri untuk mencari kebahagiaan dan kesenangan duniawi yang tidak kutemukan di negaraku. Aku tinggal di sana sekitar 4 bulan. Selama aku di luar negeri pikiranku selalu dihantui oleh gadis itu. Bagaimana mungkin dia dapat selamat dari semua rencana yang aku buat untuknya? Aku pikir, begitu sampai di negaraku aku akan langsung memulai perang lagi dengannya dengan pola yang jauh lebih keji dan licik. Aku bahkan memutuskan akan membuatnya meninggalkan relijiusitasnya dan beralih mengikuti jalan keburukan. Jadwal kepulanganku tiba. Hari itu adalah hari Kamis, hari saat dia menjalankan ibadah puasa. Ketika disuguhi kopi dan kurma di dalam pesawat terbang, aku meminum kopi itu dan membuang kurmanya. Karena, kurma adalah simbol orang yang puasa dan membuatku teringat pada gadis tersebut.

        Pesawat mendarat di bandara kotaku pada pukul 13.00 siang. Aku naik taksi menuju rumahku. Setibanya di rumah, aku langsung dikunjungi oleh teman-temanku. Mereka mendapat hadiah dariku dan semuanya adalah hadiah-hadiah yang keji. Namun hadiah yang paling mahal dan paling keji aku berikan sebagai hadiah istimewa kepada gadis tersebut. Aku ingin melihat reaksinya setelah menerinma hadiah itu. Aku segera keluar untuk memburu gadis itu di dekat masjid sebelum shalat Maghrib. Aku tahu gadis itu sangat rajin menunaikan shalat di masjid, karena di sana ada jam' iyah (kelompok) khusus wanita untuk menghafal Al-Qur'an. Tidak lama sesudah adzan dikumandangkan, waktu iqamat pun tiba. Tetapi aku tidak melihahatya. Aku terheran-heran dan berkata di dalam hati, "Jangan-jangan gadis itu sudah berubah ketika aku pergi ke luar negeri, dan kini dia menjauhi masjid dan benar-benar menanggalkan relijiusitasnya." Aku pun pulang ke rumah sambil berharap prediksiku itu benar. Dan ketika aku membolak-balik buku-buku di rumahku, tiba-tiba aku menemukan sebuah mushaf (Al-Qur'an) yang bertuliskan "Hadiah untuk anda. Semoga Allah menunjukkan anda ke jalan-Nya yang lurus. Tertanda ... (nama gadis itu)." Aku langsung menjauhkan mushaf itu dariku dan bertanya kepada pembantuku, "Siapa yang membawa mushaf itu ke sini?" Tapi dia tidak menjawab.

      Hari kedua aku keluar rumah. Aku menunggu gadis itu di pintu masjid sambil membawa mushaf yang akan kuserahkan kepadanya. Aku akan katakan juga padanya bahwa aku tidak membutuhkannya, bahkan aku akan menjauhkannya dari mushaf itu dalam waktu dekat. Aku mcnunggu gadis itu, tapi dia tidak datang. Sampai beberapa hari tetap saja hasilnya nihil. Aku tidak pernah melihatnya. Maka aku pergi ke dekat rumahnya dan bertanya kepada anak-anak yang bermain bersama adik-adik gadis itu. "Apakah si fulanah ada?" tanyaku. Mereka malah balik bertanya, "Mengapa anda bertanya seperti itu? Barangkali anda bukan warga kampung ini." Aku menjawab, "Ya, aku warga sini. Tetapi aku membawa surat dari seorang teman untuk gadis itu." Tadinya aku menginginkan agar mereka mengantarkan surat itu kepadanya, tapi mereka mengatakan kepadaku, "Orang yang anda tanyakan itu sudah dipanggil oleh Allah ketika sedang sujud di masjid, lebih dari dua bulan yang lalu."
 
     Saat itu juga aku tidak tahu apa yang menimpaku. Aku merasa dunia berputar-putar dan aku hampir jatuh tersungkur. Hatiku tiba¬-tiba menjadi lunak dan air mataku pun mengalir. Mata yang sekian lama tidak mengenal air mata, tiba-tiba mengucurkan air mata dengan derasnya. Akan tetapi, untuk apa semua kesedihan ini? Apakah karena kematiannya yang khusnul khatimah, ataukah karena hal lain? Aku tidak bisa konsentrasi dan tidak mengerti apa penyebab dan arti dari kesedihan yang sangat berat itu.
 
     Aku pulang ke rumahku dengan berjalan kaki. Sementara tubuhku limbung, tak tahu arah ke mana akan pergi. Aku lalu duduk sambil mengetuk pintu, sementara kunci pintu ada di dalam sakuku. Aku menjadi lupa dengan segala sesuatu. Aku bahkan lupa siapa diriku. Aku terus-menerus terkenang dengan tatapan gadis itu, ke mana pun aku pergi. Dan setelah itu aku benar-benar yakin bahwa tatapan mata gadis itu bukanlah tatapan mata yang keji atau lainnya, melainkan tatapan mata iba dan kasihan kepadaku.
 
     Dia benar-benar ingin menjauhkan aku dari jalan keburukan. Setelah kematiannya aku memutuskan untuk meninggalkan keluarga¬ku. Aku benar-benar menjauhkan diri dari keluargaku dan semua orang selama lebih dari satu tahun. Aku tinggal di tempat yang jauh dari kampungku, dan keadaanku pun berubah total. Bayangan tentang gadis itu selalu ada di mataku dan tidak pernah meninggalkanku, bahkan di dalam kesendirianku. Aku seakan melihatnya ketika ia pergi ke masjid dan ketika pulang ke rumahnya.
Banyak temanku yang berusaha mencari tahu tentang alasanku menjauhi masyarakat, tentang motivasi dan pilihanku untuk hidup menyendiri. Tetapi aku tidak pernah memberitahu mereka. Sementara mushaf hadiah dari gadis itu selalu bersamaku.Aku menciuminya dan selalu menangis. Pada saat itu aku segera mengambil air wudhu dan berdiri untuk melaksanakan shalat. Tetapi aku jatuh tersungkur. Setiap kali aku berusaha berdiri aku selalu jatuh. Seumur hidupku aku tidak pernah melaksanakan shalat. Aku bcrusaha keras untuk berdiri, hingga Allah menolongku dan aku mampu mengucapkan nama-Nya. Aku memohon dan menangis kepada-Nya agar berkenan mengampuniku dan melimpahkan rahmat-Nya yang luas kepada gadis itu. Gadis itulah yang selalu berusaha memperbaiki aku, sementara aku sendiri berusaha merusaknya. Aku berandai-andai jika dia belum mati, maka tentulah dia sangat bangga melihatku berjalan di jalan yang lurus. Akan tetapi, tidak ada seorang pun yang mampu menolak keputusan Allah.
 
      Akhirnya, aku selalu memanjatkan doa untuknya dan memohon kepada Allah agar senantiasa melimpahkan rahmat kepadanya. Aku juga berharap, mudahan-mudahanaku dapat berjumpa dengannya di tempat yang penuh rahmat-Nya. Dan aku berdoa semoga Allah berkenan membangkitkan aku dan dia bersama hamba-hamba-Nya yang shalih.

( Dinukil dari Mausu’atul qashashal, Ahmad Salim Baduwailan, hal 17)

Wahai kekasihku, calon suamiku…



oleh RENUNGAN N KISAH INSPIRATIF pada 09 Februari 2011 jam 20:11

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

Wahai kekasihku, calon suamiku…

Jika kau menjadi suamiku kelak…

Pimpinlah rumah tangga kita dengan sebaik-baiknya

Jadikan aku teman sejatimu,

tempat engkau bersandar

Terbukalah padaku,

kan kujaga semua rahasiamu



Jika kau menjadi suamiku kelak…

Jadilah engkau teladan yang baik bagi keluarga

Sempatkanlah untuk menjadi imam dalam sholat

Hiasilah rumah kita dengan ketakwaan kepada Allah

Amalkan sunnah Rasul sekuat yang kau mampu

Bimbinglah anak-anak kita

menjadi pribadi Muslim yang cerdas dan berakhlak mulia





♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

Jika kau menjadi suamiku kelak…

Bergaullah dengan ma’ruf terhadapku

Jadilah engkau suami yang penyayang dan sabar

Janganlah kau bertindak aniaya terhadapku

Jika aku berbuat kesalahan dan kemungkaran…

Jangan kau hukum aku dengan memukul aku

Tapi, ajarilah aku dengan hati dan lisanmu

Ingatkanlah aku dengan cara yang ihsan

Tahan amarahmu dan bersikaplah pemaaf



Sayangi dan hormati orang tuaku, juga saudara-saudaraku

Jika ada yang tidak kau sukai dari mereka,

simpanlah rasa itu

Dan tetaplah kau jaga silaturrahim dengan mereka

Jangan pula kau jauhi mereka

karena selamanya mereka adalah keluargaku



Wahai kekasihku, calon suamiku…

Jika kau menjadi suamiku kelak

Jadilah engkau suami yang bertanggung jawab

Berilah nafkah sesuai kemampuanmu

Pasti kuterima dengan qona’ah

Bersikaplah penyantun

dan jangan kau kikir terhadapku

Jangan pula kau tinggalkan aku dalam waktu lama

Sehingga kau abaikan kebutuhanku akan kehadiranmu



Jika kau menjadi suamiku kelak

Bersikaplah bijaksana dalam segala hal

Bermusyarahlah denganku sebelum mengambil keputusan

Dengarkan pemikiranku

dan jangan kau remehkan aku



Tunjukkan kasih sayangmu terhadapku

Jangan kau biarkan aku dalam kecemburuan dan prasangka

Jagalah hatiku,

lapangkanlah dadaku, dengan cintamu





♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

Wahai kekasihku, calon suamiku…

Jika kau menjadi suamiku kelak

Jadikan rumah tangga kita sebagai surga dunia bagimu

Jagalah aku dan jadilah pelindung bagi anak-anak kita

Jagalah rahasia rumah tangga dimanapun kau berada

Jadikan ia baju putihmu, jagalah ia jangan sampai ternoda

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥