Tuesday, January 27, 2009
Menembus Keterbatasan
tubuhnya.
Namun, apa yang terjadi bila ia dimasukan ke dalam sebuah kotak
Korek api kosong lalu dibiarkan disana selama satu hingga dua minggu?
Hasilnya, kutu itu sekarang hanya mampu melompat setinggi kotak Korek
api saja!
Kemampuannya melompat 300 kali tinggi tubuhnya tiba-tiba hilang.
Ini yang terjadi. Ketika kutu itu berada di dalam kotak korek api ia
mencoba melompat tinggi. Tapi ia terbentur dinding kotak korek api.
Ia mencoba lagi dan terbentur lagi. Terus begitu sehingga ia mulai
ragu akan kemampuannya sendiri.
Ia mulai berpikir, "Sepertinya kemampuan saya melompat memang hanya
segini."
Kemudian loncatannya disesuaikan dengan tinggi kotak korek api. Aman.
Dia tidak membentur.
Saat itulah dia menjadi sangat yakin, "Nah benar kan ? Kemampuan saya
memang cuma segini. Inilah saya!"
Ketika kutu itu sudah dikeluarkan dari kotak korek api, dia masih
terus merasa bahwa batas kemampuan lompatnya hanya setinggi kotak
korek api.
Sang kutu pun hidup seperti itu hingga akhir hayat. Kemampuan yang
sesungguhnya tidak tampak. Kehidupannya telah dibatasi oleh
lingkungannya.
Sesungguhnya di dalam diri kita juga banyak kotak korek api.
Misalnya anda memiliki atasan yang tidak memiliki kepemimpinan
memadai. Dia tipe orang yang selalu takut tersaingi bawahannya,
sehingga dia sengaja menghambat perkembangan karir kita. Ketika anda
mencoba melompat tinggi, dia tidak pernah memuji, bahkan justru
tersinggung.
Dia adalah contoh kotak korek api yang bisa mengkerdilkan anda.
Teman kerja juga bisa jadi kotak korek api.
Coba ingat, ketika dia bicara begini, "Ngapain sih kamu kerja keras
seperti itu, kamu nggak bakalan dipromosikan, kok."
Ingat! Mereka adalah kotak korek api.
Mereka bisa menghambat perkembangan potensi diri Anda.
Korek api juga bisa berbentuk kondisi tubuh yang kurang sempurna,
tingkat pendidikan yang rendah, kemiskinan, usia dan lain sebagianya.
Bila semua itu menjadi kotak korek api maka akan menghambat prestasi
dan kemampuan anda yang sesungguhnya tidak tercermin dalam aktivitas
sehari-hari.
Bila potensi anda yang sesungguhnya ingin muncul, anda harus take
action untuk menembus kotak korek api itu.
Lihatlah Ucok Baba, dengan tinggi tubuh yang di bawah rata-rata ia
mampu menjadi presenter di televisi.
Andapun pasti kenal Helen Keller. Dengan mata yang buta, tuli dan
"gagu" dia mampu lulus dari Harvard University.
Bill Gates tidak menyelesaikan pendidikan sarjananya, namun mampu
menjadi "raja" komputer.
Andre Wongso, tidak menamatkan sekolah dasar namun mampu menjadi
motivator nomor satu di Indonesia .
Contoh lain Meneg BUMN, Bapak Sugiharto, yang pernah menjadi seorang
pengasong, tukang parkir dan kuli di Pelabuhan. Kemiskinan tidak
menghambatnya untuk terus maju. Bahkan sebelum menjadi menteri beliau
pernah menjadi eksekutif di salah satu perusahaan ternama.
Begitu pula dengan Nelson Mandela. Ia menjadi presiden Afrika Selatan
setelah usianya lewat 65 tahun.
Kolonel Sanders sukses membangun jaringan restoran fast food ketika
usianya sudah lebih dari 62 tahun.
Nah, bila anda masih terkungkung dengan kotak korek api, pada
hakekatnya anda masih terjajah. Orang-orang seperti Ucok Baba,
Helen Keller, Andre Wongso, Sugiharto, Bill Gates dan Nelson Mandela
adalah orang yang mampu menembus kungkungan kotak korek api.
Merekalah contoh sosok orang yang merdeka, sehingga mampu menembus
berbagai keterbatasan.
BREAK YOUR BORDER . . . . TOUCH THE SKY . . . . !
Sunday, January 18, 2009
Seorang tua yang bijak ditanya oleh tamunya.
Pak Tua :
"Bosan adalah keadaan dimana pikiran menginginkan perubahan, mendambakan sesuatu yang baru, dan menginginkan berhentinya rutinitas hidup dan keadaan yang monoton dari waktu ke waktu."
Tamu :"Kenapa kita merasa bosan?"
Pak Tua :"Karena kita tidak pernah merasa puas dengan apa yang kita miliki."
Tamu :"Bagaimana menghilangkan kebosanan?"
Pak Tua : "Hanya ada satu cara, nikmatilah kebosanan itu, maka kita pun akan terbebas darinya."
Tamu :"Bagaimana mungkin bisa menikmati kebosanan?"
Pak Tua:"Bertanyalah pada dirimu sendiri: mengapa kamu tidak pernah bosan makan nasi yang sama rasanya setiap hari?"
Tamu :"Karena kita makan nasi dengan lauk dan sayur yang berbeda, Pak Tua."
Pak Tua :"Benar sekali, anakku, tambahkan sesuatu yang baru dalam rutinitasmu maka kebosanan pun akan hilang."
Tamu: "Bagaimana menambahkan hal baru dalam rutinitas?"
Pak Tua :
"Ubahlah caramu melakukan rutinitas itu. Kalau biasanya menulis sambil duduk, cobalah menulis sambil jongkok atau berbaring. Kalau biasanya membaca di kursi, cobalah membaca sambil berjalan-jalan atau meloncat-loncat. Kalau biasanya menelpon dengan tangan kanan, cobalah dengan tangan kiri atau dengan kaki kalau bisa. Dan seterusnya."
Lalu Tamu itu pun pergi.
Beberapa hari kemudian Tamu itu mengunjungi Pak Tua lagi.
Tamu :"Pak tua, saya sudah melakukan apa yang Anda sarankan, kenapa saya masih merasa bosan juga?"
Pak Tua :"Coba lakukan sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan."
Tamu :"Contohnya? "
Pak Tua :"Mainkan permainan yang paling kamu senangi di waktu kecil dulu."
Lalu Tamu itu pun pergi.
Beberapa minggu kemudian, Tamu itu datang lagi ke rumah Pak Tua.
Tamu :
"Pak tua, saya melakukan apa yang Anda sarankan. Di setiap waktu senggang saya bermain
sepuas-puasnya semua permainan anak-anak yang saya senangi dulu. Dan keajaibanpun terjadi.
Sampai sekarang saya tidak pernah merasa bosan lagi, meskipun di saat saya melakukan hal-hal yang dulu pernah saya anggap membosankan. Kenapa bisa demikian, Pak Tua?"
Sambil tersenyum Pak Tua berkata:
"Karena segala sesuatu sebenarnya berasal dari pikiranmu sendiri, anakku. Kebosanan itu pun berasal dari pikiranmu yang berpikir tentang kebosanan. Saya menyuruhmu bermain seperti anak kecil agar pikiranmu menjadi ceria. Sekarang kamu tidak merasa bosan lagi karena pikiranmu tentang keceriaan berhasil mengalahkan pikiranmu tentang kebosanan. Segala sesuatu berasal dari pikiran. Berpikir bosan menyebabkan kau bosan. Berpikir ceria menjadikan kamu ceria."
Hidup adalah Pilihan
Bibit yang kedua berguman..."Aku takut,jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini,aku tak tahu apa yang akan kutemui dibawah sana.Bukankah disana sangat gelap? Dan jika kuteroboskan tunasku keatas,bukankah nanti keindahan tunas2ku akan hilang? Tunasku ini pasti akan terkoyak.Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka,dan siput2 mencoba untuk memakannya? Dan pasti jika aku tumbuh dan merekah,semua anak kecil akan berusaha untuk mencabutku dari tanah. Tidak! Akan lebih baik jika aku menunggu sampai semuanya aman"...Dan bibit itupun menunggu dalam kesendirian.
Beberapa pekan kemudian seekor ayam mengais tanah itu,menemukan bibit yang kedua tadi dan menaploknya segera.
Memang selalu ada saja pilihan dalam hidup. Selalu saja ada lakon2 yang harus kita jalani. Namun seringkali kita berada dalam kepesimisan,kengerian,keraguan,kebimbangan2 yang kita ciptakan sendiri. Kita kerap terbuai dengan alasan2 untuk tak mau melangkah,tak mau menatap hidup.
Karena hidup adalah pilihan, maka hadapilah itu dengan gagah..Dan karena hidup adalah pilihan,maka pilihlah dengan bijak...
Thursday, January 15, 2009
Bunga Gurun
Kisah ini terjadi bermusim-musim panas yang lalu.
Dahulu kala hiduplah setumbuh bunga muda di gurun pasir yang kering dan semuanya tampak muram...Ia tumbuh dengan sendirinya...menikmati hari demi hari dan bertanya kepada matahari, "Kapan aku tumbuh besar?" Dan Matahari menjawab,"Sabarlah! Engkau akan tumbuh sedikit demi sedikit, setiap aku menyentuhmu". Dan si bunga merasa sangat senang karena ia berkesempatan memberikan keindahan pada sudut gurun ini.
Suatu hari seorang pemburu datang, dan menginjaknya. Ia sekarat dan merasa sedih. Bukan karena ia akan mati tapi karena ia tak sempat memberikan sedikit keindahan pada sudut gurun.
Roh Agung melihatnya, dan mendengar ratapannya. Ia berkata, "Sebenarnyalah ia harus hidup!".. Dan Ia merengkuh dan menyentuhnya, memberinya kehidupan.
Dan ia tumbuh sebagai bunga yang cantik...sehingga sudut gurun ini menjadi sangat indah karena keberadaannya.
Setongkol Jagung yang Terlupakan
Cerita Suku Indian Sioux Amerika : Diceritakan kembali oleh Marie L. McLaughlin in "Myths and Legends of the Sioux" ; 1913.
Seorang perempuan Arikara sedang mengumpulkan jagung dari ladang untuk disimpan guna cadangan musim dingin, Ia beringsut dari batang ke batang, memetik tongkol-tongkol jagung dan menjatuhkannya ke atas rok panjangnya yang dilipat.
Ketika semuanya telah terkumpul dan ia hendak beranjak pergi, ia mendengar suara merintih, seperti suara seorang bocah yang menangis dan memanggil-manggil : "Oh, jangan tinggal aku! Jangan pergi tanpa aku.”
Wanita itu terheran-heran. “Anak macam mana pula itu?,” bathinnya. “Anak siapakah yang tersesat di kebun jagung?”
Ia melepaskan ikatan rok panjangnya di mana ia menaruh jagungnya, dan berbalik untuk melakukan pencarian; namun ia tak menemukan apapun. Ketika ia hendak pergi didengarnya lagi suara itu,” Oh, jangan tinggal aku. Jangan pergi tanpa aku.”
Ia mencari cukup lama. Pada akhirnya, di sesudut ladang, tersembunyi di balik daun-daun batang jagung, ia menemukan setongkol jagung kecil.
Tongkol inilah yang tadi menangis, meratap-ratap. Semenjak peristiwa itu semua perempuan Indian kemudian memelihara ladang jagungnya dengan sangat hati-hati, sehingga tidak ada sebiji hasil pangan pun yang terlupakan atau terbuang, dan membuat kecewa sang Misteri Agung
Wednesday, January 14, 2009
PERBEDAAN PERSEPSI
> hal kepada 2 anak laki-lakinya :
>
> - Pertama : Jangan pernah menagih hutang kepada orang yg berhutang
> kepadamu.
> - Kedua : Jika pergi ke toko jangan sampai mukanya terkena sinar
> matahari.
>
> Waktu berjalan terus. Dan kenyataan terjadi, bahwa beberapa tahun setelah
> ayahnya meninggal anak yang sulung bertambah kaya sedang yang bungsu
> menjadi semakin miskin.
>
> Pada suatu hari sang Ibu menanyakan hal itu kepada mereka.
>
> Jawab anak yang bungsu :
>
> "Ini karena saya mengikuti pesan ayah. Ayah berpesan bahwa saya tidak
> boleh menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadaku, akibatnya
> modalku susut karena orang yang berhutang kepadaku tidak membayar
> sementara aku tidak boleh menagih".
> "Juga Ayah berpesan supaya kalau saya pergi atau pulang dari rumah ke toko
> dan sebaliknya tidak boleh terkena sinar matahari. Akibatnya saya harus
> naik becak atau andong, padahal sebetulnya saya bisa berjalan kaki saja,
> tetapi karena pesan ayah itu, akibatnya pengeluaranku bertambah banyak".
>
> Kepada anak yang sulung yang bertambah kaya, sang Ibu pun bertanya hal
> yang sama.
> Jawab anak sulung :
>
> "Ini semua adalah karena saya mentaati pesan ayah. Karena Ayah berpesan
> supaya saya tidak menagih kepada orang yang berhutang kepada saya, maka
> saya tidak pernah menghutangkan sehingga dengan demikian modal
> tidak susut".
>
> "Juga Ayah berpesan agar supaya jika saya berangkat ke toko atau pulang
> dari toko tidak boleh terkena sinar matahari, maka saya berangkat ke toko
> sebelum matahari terbit dan pulang sesudah matahari terbenam.
> Karenanya toko saya buka sebelum toko lain buka, dan tutup jauh sesudah
> toko yang lain tutup."
>
> "Sehingga karena kebiasaan itu, orang menjadi tahu dan tokoku menjadi
> laris, karena mempunyai jam kerja lebih lama".
>
> MORAL CERITA :
> Kisah diatas menunjukkan bagaimana sebuah kalimat di tanggapi dengan
> presepsi yang berbeda. Jika kita melihat dengan positive attitude maka
> segala kesulitan sebenarnya adalah sebuah perjalanan membuat kita sukses
> tetapi kita bisa juga terhanyut dengan adanya kesulitan karena rutinitas
> kita... pilihan ada di tangan anda.
>
> 'Berusahalah melakukan hal biasa dengan cara yang luar biasa'
Sunday, January 11, 2009
MEJA KAYU
Thursday, January 8, 2009
Dimana Kebahagiaan??
Di waktu musafir carilah barang-barang yang berguna sebanyak-banyaknya
Di waktu di dunia jangan kita lupa
Ingatlah jangan kita terlalai