Lanjutan Dari Hal. 29 (Bagian III):
Pagi itu tepat pukul 08.00 Andika bergegas untuk pergi ke rumah Tari. Dia memakai baju kemeja lengan panjang berwarna putih dan di lapisi dengan jas hitamnya, dan dia klihatan lebih tampan sekali dari biasanya. Setelah sampai di rumah, Andika duduk di halaman rumah yang di penuhi kembang dan mawar berwarna putih yang begitu harum baunya.
“Subhanallah...., indah sekali kebun bunga ini” ucap Andika kekaguman
Tak lama kemudian Tari pun keluar dari rumahnya untuk menemui Andika yang dari tadi sudah menunggunya di perkarangan rumahnya.
“Pagi mas.....” sapa Tari
“ eh..... kamu, pagi juga”
“maaf ya sudah membuat mas lama menunggu”
“O... gak kok, saya juga belum terlalu lama datang”
“ ngomong-ngomong mana kakak dan ayah mu”
“Ko sepi sekali rumah ini”
“o... itu, kakak lagi sibuk untuk persiapan kongres kongres putri desa besok dan ayah lagi mandi”
“ mas masuk yok”
Sambil menunggu ayah Tari keluar kamar, mereka sibuk mengobrol yentang putri desa yang akan di adakan besok. Apalagi yang akan bicara untuk memberikan sambutan adalah kakak Tari sendiri yaitu Putri.
“Kakak saya memang selalu sibuk untuk mengurus organisasinya, apalagi mereka sekarang sudah bekrja sama dengan perempuan-perempuan kota untuk di jadikan anggota organisasi mereka.” Ungkap Tari di tengah keheningan.
“mengapa kamu tidak mau bergabung dengan organisasi kakak mu itu...”
“ ya si....,sebenarnya saya mau ikut, tapi saya gak tahu caranya, apalagi sayakan belum berpengalaman.”
“kalaulah kamu mau masuk organisasi itu,pastilah kamu akan mendapat pengalaman yang luar biasa apalagi bisa bertemu dan bisa berkenalan dengan perempuan di bangsa kita ini.”
“akhir-akhir ini perkumpulan para pemuda Indonesia juga gak kalah hebatnya dari apa yang kakak mu lakukan.”
“ ya, nanti saya akan coba mendaftarkan diri saya ke sana dan kalau di terima, maka saya akan berusa untuk membawa nama baik perempuan bangsa ini, agar menjadi perempuan yang kuat dan bermatabat di mata dunia.”
“Kalau kamu memang serius,maka saya akan dukung kamu”
Akhirnya ayah Tari pun keluar untuk menemui mereka. Setelah sekian lama mereka mengobrol, Andika pun meminta izin untuk membawa Tari jalan-jalan. Dan ternyata ayah Taripun mengizinkan. Setelah mendapatkan izin dari sang ayah, Tari pun bersiap-siap untuk pergi. Tak lama kemudian Tari dan Andika pun pergi untuk berjalan-jalan. Sementara itu kakak Tari di panggil ayahnya keluar dan di suruh ayahnya untuk menunggu adiknya sampai pulang.
Dari balik kaca rumah,Putri melihat adiknya yang berjalan teramat mesra laksana sepasang kekasih. Dari kejauhan dia masih tetap saja memandang gerak gerik adiknya itu hingga akhirnya tak terlihat lagi. Putri pun tampak termenung di beranda rumah,dia seperti melamunkan sesuatu.
“Toto, kalau saja kamu masih di sampingku hingga saat ini, pasti saya tidak akan merasa kesepian seperti ini, dan saya juga merasa iri dengan kebahagiaan adik saya dan temannya Andika.” Ucap Putri sambil menangis.
Dia sepertinya teringat dengan bekas tunangannya dulu, dan mungkin saja dia masih menyimpan rasa rindu di hatinya terhadap tunangannya itu,akan tetapi dia selalu mencoba unt k mengubur rasa itu dari dari dalam hatinya, hingga dia memutuskan untk mencari pengganti toto. Karena dia tidak ingin di sakiti lagi untukedua kalinya. Hal itu juga yang mungkin menyebabkan dia jadi keras dan tidak cepat kagum akan sesuatu,lain halnya dengan Tari dia memang belum merasakan di khianati cinta.
Lanjut ke Hal: 31 Bagian IV
No comments:
Post a Comment