Tuesday, March 12, 2013

41. Cerita Mengharukan Aku Terus Berlari di Kegelapan Malam

Diceritakan, Rukmini yang berada di rumah Abdullah merasa sangat terkekan dan tidak betah. Di samping gaji yang diterimanya tidak sesuai dengan perjanjian, ia pun sering dimarahi, disiksa, bahkan dilecehkan. Bertahankan Rukmini dengan keadaan itu? Inilah akhir kisahnya yang ditulis Kuswari. Semoga dapat dijadikan cerminan.

Rumah istri muda Abdullah sangat besar berlantai tiga. Aku di rumah itu sendirian sebagai pembantu rumah tangga. Pekerjaanku sangat berat, apalagi di rumah itu ada 7 orang anaknya yang selalu minta dilayani. Ini membuat aku benar-benar kelelahan. Pekerjaanku tidak sesuai dengan gaji yang kuperoleh. Aku hanya menerima satu juta lima ratus ribu rupiah, padahal dalam perjanjian dengan perusahaan akan menerima dua juta.

Aku tidak banyak protes, aku terima saja uang sebesar itu meski sangat mendongkol. Aku mencoba untuk bersabar dan tidak banyak bicara, bekerja seperti biasa. Namun yang membuat aku cemas dan khawatir adalah kelakuan Husen yang memperlihatkan gelagat tidak baik. Husen pernah beberapa kali masuk ke dalam kamarku di tengah malam, di saat di rumah sedang tidak ada siapa-siapa. Aku berontak dan melawan sekuat tenaga.

Aku hampir saja putus asa menghadapi lelaki yang sudah kemasukan setan. Aku melawan dengan tangan yang meronta-ronta serta kaki yang menendang. Namun ia bisa menghindar.
v Husen tidak mau melepaskan buruannya begitu saja, apalagi dia tahu bahwa badanku kecil sehingga semakin bernafsu untuk menaklukkanku. Tenaga Husen memang kuat.

Kulihat matanya dan wajahnya memerah, dia seolah kucing kelaparan yang akan menerkam seekor tikus. Napasnya ngos-ngosan dan jantungnya berdetak kencang, pertanda nafsu setannya sedang bergemuruh dalam dadanya.

Aku meronta dan menjerit-jerit saat Husen semakin ganas merangkulku dan memaksa aku melayani nafsu setannya. Aku hampir terdesak, tenaganya begitu kuat dan tak sebanding denganku. Napasku sudah sesak, aku sudah pasrah menghadapi tekanan Husen yang begitu kuat. Aku berusaha untuk melepaskan diri. Mendadak aku mempunyai kekuatan ketika kakiku berontak, menendang alat vital Husen sekeras-kerasnya. Dia berteriak kesakitan, matanya mendelik menahan sakit.

Segera saja aku berdiri saat melihat Husen meringgis. Aku bergegas lari keluar kamar. Untung saja, kamar tidak dikunci sehingga aku bisa leluasa keluar kamar.

Tanpa pikir panjang aku segera saja keluar rumah di tengah malam. Aku sudah tidak memedulikan nasib yang kelak akan menimpa diriku. Lebih baik segera melarikan diri, keluar dari rumah setan yang akan membahayakan diriku. Aku bertekad akan pulang kampung, yang penting aku selamat. Syukur kalau aku bisa bekerja lagi, namun nampaknya aku tidak ingin lagi bekerja di Arab. Aku benar- benar kapok menjadi pembantu. Lebih baik hidup di kampungku sendiri, meski paspasan tetapi aku tidak merasa tertekan.

Aku berlari meninggalkan rumah majikan. Suasana masih gelap di sekelilingku, namun aku tidak merasa takut, sebab sejak beberapa hari yang lalu aku sebenarnya sudah nekat untuk keluar dari rumah majikan. Aku benarbenar merasa berada di dalam neraka jahanam.

Kehidupaku merasa terancam. Aku sama sekali tidak ingin kembali rumah yang terkutuk itu. Aku ingin pulang ke kampung halaman, aku ingin hidup sebagaimana layaknya gadis-gadis yang ada di kampungku.

Ditolong mahasiswa

Aku terus melangkahkan kaki di sebuah daerah yang sangat sepi. Ketika aku sedang terus berjalan, tiba-tiba aku terkejut sebab di depan ada dua orang lelaki yang sejak tadi mengawasiku. Aku takut menghadapi orang yang baru kukenal, apalagi keadaan yang sepi.

Aku hanya bisa berdoa dan pasrah menghadapi dua orang lelaki yang tidak aku kenal. "Kamu mau kemana?" tiba-tiba salah seorang diantara mereka bertanya dengan bahasa Indonesia, tentu saja aku bahagia, berarti orang ini sama-sama berasal dari Indonesia.

"Tolonglah, Pak. Aku mau kabur dari rumah majikan, mereka sangat jahat dan akan memperkosaku," kataku memelas dan berderai air mata.

"Allahu Akbar!" teriak salah seorang lagi seraya mendekatiku dan menggelengkan kepada manakala melihat mukaku yang bengkak bekas pukulan majikan.

"Kami juga tenaga kerja Indonesia yang sama-sama sedang mencari nafkah di negeri Arab ini, kami kebetulan di sini sedang belajar," ujarnya.

Aku gembira mendengar keduanya yang ternyata mahasiswa yang berasal dari Indonesia. Mereka rupanya kasihan melihatku, lalu berusaha membantuku dan membawa aku ke KBRI.

Berkali-kali aku mengucapkan terima kasih atas kebaikan dua orang lelaki yang berasal dari Jawa Timur itu. Mereka pun memberi nasihat agar aku pulang saja ke Indonesia, sebab bekerja di Arab sebagai pembantu banyak risikonya. Aku mengangukkan kepala akan menuruti apa yang mereka ucapkan.

Rupanya di KBRI tidak hanya aku yang mengalami tindakan yang tidak senonoh itu.

Beberapa orang pembantu lain pun mengalami nasib yang sama, bahkan ada yang lebih parah dariku. Aku menarik napas panjang, beruntung aku sudah berada di KBRI sehingga aku bisa mempersiapkan diri untuk pulang kampung. Pihak kedutaan mempunyai perhatian terhadap kasus yang dihadapi olehku, maka mereka berusaha untuk membantu.

Untuk sementara aku tinggal di KBRI sambil menunggu kepulangan ke Indonesia. Aku berterima kasih atas pelayanan yang diberikan mereka yang sangat perhatian sekali dan berkeinginan untuk membantuku.

Banyak hikmah yang kuperoleh selama aku berada di KBRI, sebab berbagai masalah tenaga kerja wanita maupun laki-laki, ada saja yang melaporkan ke kedutaan. Berbagai masalah muncul yang sebagian besar menimpa kaum perempuan.

Beberapa orang yang tinggal bersamaku, ternyata mengalami kasus yang jauh lebih mengerikan, ternyata temanku satu kamar itu diperlakukan bagaikan binatang oleh majikan di Arab.Bahkan dia telah melahirkan seorang bayi akibat pemerkosaan yang dilakukan oleh majikannya. Aku hanya berurai air mata ketika mendengar kisahnya yang sangat memilukan dan menyentuh hati. Semoga tidak ada lagi TKW yang diperlakukan bagaikan binatang.

(Tamat)

Semoga Bermanfaat Bagi kita yang berfikir :)

No comments:

Post a Comment