Lanjutan dari hal 28 (Bagian II):
Waktu sudah menunjuki pukul 11.00 WIB, tak lama memudian keluarlah Putri dan Tari dari dalam gedung tersebut. Merekapun langsung mengambil sepeda yang mereka simpan di tempat parkiran sepeda, dan langsung bergegas pulang. Akan tetapi,di tengah perjalanan mereka bertemu lagi dengan laki-laki tadi yang ada di akuarium tempat mereka berkunjung tadi.
”Siang nona-nona....” sapa laki-laki itu,
”Siang juga.....” jawab Tari.
“O ya....,ngomong-ngomong kalian mau ke mana, kok sepertinya buru-buru.....”
“I ya ni mas, kami memang lagi buru-buru, soalnya ayah sudah menunggu kami di rumah rumah dari tadi malahan”
“O... gitu ?? kalau gak keberatan kita pulang sama-sama saja”Pinta laki-laki itu.
“Emangnya mas mau kemana...???” tanya Putri.
“Saya mau pulang ke rumah, rumah saya terletak di jalan Cendrawasih, komplek Mawar no 02.”
“O..... kalau gitu kebetulan dong, rumah kami juga terletak di jalan cendrawasih.”
“Ya sudah kalau kalian tidak keberatan, boleh saya ikut dengan kalian berdua...???”
“Tapi gimana ya.....,soalnya kami harus kepasar dulu untuk beli oleh-oleh buat bibi di kampung.”
“O..... gak masalah,kebetulan saya juga mau cari makanan di pasar.”
Karena asyiknya mengobrol,sampai-sampai mereka lupa kalau mereka sudah sampai di pasar.Padahal merea belum juga belum kenal satu sama lain.
“Eh Tar... seprtinya kita sudah sampai di pasar” cetus Putri di balik keseriusan mereka.
“O......iya ya kita sudah sampai ni”
“Mas, kami cari pesanan ayah dulu ya”
“O iya ya.... silakan, biar saaya tunggu di sini aja ya...”
“ O... gak usah repot-repotlah mas, mendingan mas pulang aja dulu”
“Ngak..., ngak masalah ko biar saya tunggu saja di sini, kebetulan saya juga mau cari makanan dulu.”
“Ya udah deh,kalau memang mas maunya gitu, ya terserah mas ajalah”
Setelah Putri dan Tari mencari pesanan ayahnya, merekapun langsung pulang.Di tengah asyiknya perjalanan, tiba-tiba laki-laki yang dari tadi bersama mereka menanyakan nama mereka.”Mbak, saya boleh tanya sesuatu gak sama mbak berdua, soalnya engkan dari tadi kita mengobrol tapi saya dan mbak kan belum kenal satu sama lain...”
“Boleh.....apa ??” tanya Putri.
“Saya Cuma mau tanya siapa nama mbak berdua ini, kalau nama saya Andika.”
“Saya salah satu dari mahasiswa di Universitas Indonesia.”
“Kebetul saya lagi menyelesaikan sekripsi ujian akhir saya
“Wah keren banget, ungkap Tari.”
“Kalau saya ......”
“O... ya, nama saya Putri dan ini adik saya namanya Tari.”
“Saya seorang putri desa di desa ini dan adik saya sekarang lagi kulyah di Universitas Teknologi Bandung. Akan tetapi Tari orangnya paling cepat kagum akan sesuatu.Maklum sejak di tinggal ibunya, dia memang suka di manja sama ayah.
“Eh... jadi malu ni” cetus Tari.
“Sementara saya sendiri lagi sibuk mengurus organisasi perkumpulan putri-putri desa, dan di tambah lagi harus mengurus rumah, ayah, dan adik saya ini.”
“Emangnya ibu kalian kemana....” tanya Andika.
“Ibu kami sudah lama meninggal, sekarang kami hanya tinggal bertiga dengan ayah.”
“O gitu......”
“maaf saya gak bermaksud buat kalian sedih”
“Nggak apa-apa ko mungkin ini smua sudah kehendak Allah.”
“Ya si, tapi saya harap kalian harus sabar dan tetap tabah ya...”
“terutama kamu Tari,kamu harus bantu kakak kamu, kan kasihan dia, sudahlah sibuk dengan pekerjaannya di tambah lagi harus mengurus rumah, kan kasihan....”
Tak lama kemudian Tari dan Putri pun tiba di persimpangan jalan rumah mereka.”Andika mungkin kita harus berpisah sampai di sini, karena kami tinggal di jalan ini, ngak jauh kok, paling-paling lima menit dari sini, sudah sampai.” Cetus Putri
Akhirnya Putri, Tari dan Andika pun berpisah di tengah jalan.Sepanjang perjalanan pulang, Andika hanya terbayang-bayang wajah kedua gadis itu, apalagi dengan Tari yang dari tadi hanya bercanda dan selalu penuh senyuman kepadanya.
Sesampainya di rumah, Putri danTari sudah di tunggu ayahnya, karena mereka ingin pergi ke rumah bibi mereka.Tak lama kemudian merekapun berangkat ke rumah bibi mereka, untuk mengantar hadiah yang mereka belikan tadi sekaligus untuk menjenguk keponakan mereka yang sedang sakit.
Pagi-pagi sekali Andika sudah pergi ke kampusnya. Dengan wajah yang penuh kegembiraan,diapun terus mengayuh sepedanya.
“Ya Allah, seandainya pagi ini kau pertemukan aku dengan Tari, mungkin aku tak bisa berkata- kata lagi untuk memujimu.” Ucap Andika kepada dirinya sendiri.
“Kring...kring...”
Bunyi suara sepeda di belakang Andika.
“Pagi mas...” sapa Tari
“Hay....pagi juga” sahut Andika.
“Wah cantik banget,” ungkap Andika dalam hati
“Mas....ko ngelihatnya seperti itu, apa ada yang salah atau ada yang aneh gitu dengan saya” tanya Tari.
“Ngak..., ngak ko ngak ada yang salah apalagi aneh.”
“lalu apa dong....”
“gini saya heran aja , dan gak nyangka aja kalau pagi ini bisa bertemu dengan orang uang secantik dan semanis dirimu”
“ii....., mas ini gombal deh.”
“ngak..., emang benar kok, kamu pagi ini terlihat tampak lebih cantik dari pada kemaren, jangan-jangan kamu mau ketemu pacar kamu ya....”
“ pacar......... saya belum punya pacar mas, kalaupun ada ya.... itu mas kali.”
“sorry.....,Cuma bercanda.”
Sambil tertawa mereka terus mengobrol sampai di depan kampus Andika.
Sekembalinya Tari ke rumah, dia tampak ceria dan mulai senang untuk mengurus bunga-bunganya lagi dan mau membantu kakaknya. Sampai-sampai kakak dan ayahnya pun heran melihat tingkah laku Tari akhir-akhir ini. Itu semua terjadi saat Tari mengenal Andika dan mungkin karena kedekatan mereka.
Andika adalah anak pak Sunarto, salah satu orang yang terpandang di desa makmur. Dia juga selalu perduli akan kebutuhan orang lain dan keluarganya.
Hari itu tampak Andika lebih awal dari hari biasanya pergi ke kampus. Di tengah perjalanan ke kampus. Pikirannya hanya tertuju pada Tari. Maklum mereka juga sudah sangat dekat. Tiba-tiba taripun muncul dari belakang Andika, seraya mengucapkan,”selamat pagi tuan......”Andika ppun terkejut bukan kepalang, dia sungguh tak menyangka kalau pagi itudia bisa bertemu lagi dengan Tari. Soalnya sudah tiga hari dia tidak berjumpa dengan Tari, karena Tari ikut pergi ke desa untuk menjenguk bibinya di sana,
“Wah... kamu cantik sekali Tari”
“ kamu tu ya paling bisa kalau merayu dan bercanda.”
“ enggak...., saya tidsk bercanda, tapi ini kenyataan.”
“mm....... terima kasih ya atas pujiannya.”
Tari memang terlihat sangat cantik, apalagi baju yang dia pakai sangat mndukung wajahnya, wajar aja kalau dia trlihat sangat cantik.
“o ya kamu hari ini ada acara tidak..”
“ kalau tidak ada boleh dong saya main ke rumah kamu, sekalian berkenalan dengan ayah kamu”
“ kalau acara si gak ada tu”
“ pi saya mau bantu kakak mempersiapkan undangan buat perkumpulan putri desa lusa”
“ soalnya kakak saya terpilih sebagai ketua umum perkumpulan putri desa”
“O gitu, kalau memang lagi sibuk, lain kali aja deh saya main ke rumah kamu ya.....”
‘ bolehkan.......”
“ Iya, pasti boleh kok, nanti mas datang saja ke rumah saya, kebetulan ayah juga lagi libur.”
Lanjut ke Hal 30 Bagian III
No comments:
Post a Comment